Foto:
Yeota, (42 tahun), bangun pukul 03.30 untuk sholat subuh dan makan makanan ringan sebelum matahari terbit sebelum mencoba kembali tidur sampai pukul 07.30.
“Semua orang mengolok-olok saya karena bangun jam 03.30 pagi dan makan sedikit nasi dan sayuran atau kari ayam, salad tomat dan mentimun, bubur dan banyak air bukan makanan sarapan. Kami berwudhu dan berdoa dan saat itu saya waspada dan bangun tetapi tahu saya harus bangun jam 7.30 pagi, jadi saya kembali ke tempat tidur tetapi butuh waktu lama untuk kembali tidur. Susah bangun lagi jam 7.30 pagi.
“Saya membuatkan sarapan untuk putri saya, biasanya telur atau croissant tetapi saya tidak makan sendiri karena saat itu terang, saya tidak merasa lapar karena saya sudah makan pukul 03.30 pagi,"ujar dia.
Pada pukul 18.30 Yeota sudah pulang kerja dan orang tua serta putrinya akan makan malam tetapi dia tidak bisa.
“Saya memiliki istirahat makan siang setengah jam dari pekerjaan dan alih-alih makan selama Ramadhan, saya membaca Alquran dan berdoa. Sekarang agak lebih mudah karena saya masuk kerja dua hari sepekan dan bekerja dari rumah di hari lain lebih sibuk ketika saya masuk.
“Adalah baik untuk menjadi sibuk. Anda lapar dan kadang-kadang perut anda keroncongan tetapi puasa berbeda karena alasan agama, Anda melakukannya untuk Allah SWT. Puasa Ramadhan adalah spiritual, memiliki tujuan yang lebih tinggi, bukan diet. Kalau bukan Ramadhan datang pukul 11.00, saya biasanya lapar, tapi selama Ramadhan saya tidak merasakan itu dan lebih mudah untuk berpantang. Ketika saya sampai di rumah, orang tua saya merasa bersalah makan di depan saya, tetapi itu tidak mengganggu,"ujar dia.
Ini mungkin tampak seperti siksaan, tetapi Yeota menikmati menonton video makanan selama Ramadhan untuk mendapatkan ide memasak untuk berbuka puasa. Ibu satu anak ini mengatakan bahwa dia memasak beberapa makanan khusus selama Ramadhan untuk dimakan saat berbuka. termasuk kue kering, pastie, lentil dengan pangsit dan hidangan Bengali dari kacang polong dan nasi kembung.
#1
#2
#3
#4
#5
