REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rumah Baca Cerdas (RBC) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan kajian tentang pemikiran dan keteladanan dari Abdul Malik Fadjar. Kegiatan ini telah dilakukan di Malang, beberapa waktu lalu.
Wakil Rektor II UMM, Nazaruddin Malik menjelaskan, pemikira Menteri Pendidikan RI periode 2001 hingga 2004, Malik Fadjar berangkat dari imajinasi yang kuat tentang buku dan perpustakaan. Kehidupan Malik selalu dekat dengan buku. Bahkan, dalam banyak kesempatan, kedekatan Malik dengan berbagai macam referensi, menjadikannya sebagai salah satu sosok pemikir unggul yang memiliki visi jauh melampaui zaman.
Menurut Nazar, apa yang dilakukan Malik terkait perpustakaan semakin relevan untuk hari-hari ini. Sebut saja fenomena lunturnya ruh literasi masyarakat yang berakibat pada jebakan hoaks dan ekstrimisme. Tentu, perpustakaan sebagai wadah literasi adalah lokus alternatif untuk mewujudkan lahirnya pemikiran-pemikiran humanis yang luwes dan santun. Tidak pula gumunan dan ekstrem.
Maka itu, Tadarus Pemikiran Islam A Malik Fadjar yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur tersebut, dimaksudkan menggali percikan pemikiran Pak Malik. "Utamanya pemikiran yang selalu mengandung kesegaran dan keteladanan yang bersimpul pada satu kata kunci, yakni literasi," kata Nazar dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Sabtu (30/4/2022).
Sebagai tokoh pendidikan yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Malik Fadjar juga selalu melahirkan terobosan yang tidak hanya segar, tetapi juga humanis. Hal itu disampaikan oleh Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin. Menurutnya, Malik senantiasa memaparkan gagasan yang fokus pada masa depan.
“Pak Malik adalah inspiring teacher dan living curriculum yang pemikirannya tidak hanya transformatif, tapi jauh cenderung futuristik, berorientasi masa depan," ungkapnya.
Lebih lanjut, kekuatan gagasan Malik jauh terlihat unsur futuristiknya, meskipun sisi-sisi transformatifnya juga terlihat. Dalam hal ini, pergumulan kekuatan literasi dan aktivisme Malik, mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran baru, khususnya dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari bagaimana beliau mampu mengembangkan UMM menjadi salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Dekan I Fakultas Agama Iskam, UMM, Pradana Boy ZTF. Percikan pemikiran Islam Malik bisa dilihat melalui tiga sumbu utama, yakni Islam sebagai ilmu, pemahaman Islam yang terbuka dan proporsional, dan Islam yang melampaui formalisme.
Pemikiran Islam sebagai ilmu yang terinspirasi oleh Kuntowijoyo itu tentu terdorong oleh kekuatan semangat membaca Malik yang kemudian ditelurkan ke dalam gagasan yang kontekstual. Wujud paling nyata dari semangat itu bisa dinilai dari upaya Malik memperkenalkan wacana membangun ‘keilmuan dan keislaman’ saat ia menjabat sebagai rektor Kampus Putih serta Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam pemikiran Malik, Islam tidak hanya bertumpu pada hal-hal yang berkutat pada ibadah semata, melainkan juga inspirasi pembangunan peradaban. Dalam hal ini, Malik berusaha membawa Islam melampaui sekat-sekat formalisme.
“Misalnya, ketika Pak Malik berbicara tentang arabisme, ada semacam bias antara keislaman dan kearaban,” kata Boy.