REPUBLIKA.CO.ID,PADANG-- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat, Wahyu Purnama, mengatakan inflasi sebesar 0,66 persen yang dialami Sumbar selama periode April 2022 disebabkan kelompok makanan, minuman dan tembakau. Wahyu menyebut nilai inflasi kelompok tersebut adalah 1,10 persen mtm dan andil inflasi 0,34 persen mtm.
"Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada komoditas minyak goreng, jengkol, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras dengan nilai andil inflasi sebesar 0,27 persen, 0,05 persen, 0,04 persen, 0,04 persen, dan 0,04 persen mtm," kata Wahyu, melalui siaran pers yang diterima Republika, Selasa (10/5/2022).
Wahyu menjelaskan inflasi pada komoditas minyak goreng tercatat didorong oleh masih tingginya harga CPO global serta adanya kenaikan permintaan pada periode menjelang HBKN Idul Fitri 1443 H.
Inflasi komoditas pangan lainnya yaitu jengkol, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras juga didorong oleh adanya kenaikan permintaan pada periode HBKN Idul Fitri 1443 H.
Selain akibat kenaikan permintaan, pada komoditas bawang merah, inflasi juga disebabkan oleh adanya keterbatasan pasokan akibat mulai masuknya periode tanam bawang merah di beberapa wilayah sentra produksi di Sumatera Barat maupun di wilayah Pulau Jawa sebagai salah satu sentra pemasok bawang merah ke Sumatera Barat.
Kemudian lanjut Wahyu, kelompok lain yang memberikan sumbangan inflasi pada April 2022 yaitu kelompok transportasi dengan nilai inflasi 0,84 persen mtm, andil inflasi 0,12 persen mtm.
Inflasi pada kelompok transportasi bersumber dari kenaikan harga komoditas mobil dengan nilai andil inflasi sebesar 0,05 persen mtm.
Kemudian harga mobil mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tidak adanya perpanjangan subsidi PPnBM bagi kriteria mobil baru non-LCGC (low cost green car) sejak April 2022, sementara terjadi penurunan persentase subsidi PPnBM pada mobil LCGC periode April – Juni 2022 menjadi sebesar 66,67 persen dari yang sebelumnya sebesar 100 persen.
"Kenaikan harga mobil juga didorong oleh kebijakan kenaikan tarif PPN sebesar 11 persen dari yang sebelumnya 10 persen sejak 1 April 2022," ucap Wahyu.
Sementara itu komoditas lainnya yaitu jasa pembuangan sampah yang masuk ke dalam kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya turut mengalami inflasi dengan nilai andil sebesar 0,05 persen mtm. Inflasi pada komoditas ini terutama dipicu oleh kenaikan tarif iuran kebersihan yang terjadi pada beberapa jasa pembuangan sampah di wilayah Kota Padang.
Di sisi lain, inflasi di Sumatera Barat lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada komoditas cabai rawit, angkutan udara, ikan cakalang/ikan sisik, tomat, dan beras dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,32 persen, 0,10 persen, 0,02 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen mtm.