Kamis 12 May 2022 13:50 WIB

BPS Rilis Data Perekonomian Papua Barat Triwulan 1 2022 Kontraksi

Perekonomian di Papua Barat minus 1,01 persen dibandingkan periode sama tahun 2021.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Penumpang berjalan di depan posko angkutan umum Lebaran di Bandara Domine Eduard Osok (DEO), Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, Kamis (28/4/2022). BPS melansir data, perekonomian di Papua Barat mengalami minus 1,01 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Penumpang berjalan di depan posko angkutan umum Lebaran di Bandara Domine Eduard Osok (DEO), Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, Kamis (28/4/2022). BPS melansir data, perekonomian di Papua Barat mengalami minus 1,01 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat melaporkan kondisi perekonomian di provinsi tersebut pada triwulan I 2022 mengalami kontraksi atau minus 1,01 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun 2021. Penyebab terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di Papua Barat dipicu turunnya kinerja beberapa sektor usaha penopang perekonomian.

Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia mengatakan, beberapa sektor yang pertumbuhannya minus, seperti industri pengolahan -2,32 persen, pertambangan dan penggalian -4,31 persen, konstruksi -2,03 persen, serta sektor usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosial wajib -0,12 persen. Di luar dari beberapa sektor itu, sambung dia, justru mengalami pertumbuhan positif.

"Sektor yang punya kontribusi terbesar terhadap perekonomian mengalami kontraksi yang dalam sehingga berdampak secara keseluruhan," jelas Maritje di Manokwari, Provinsi Papua Barat, Kamis (12/5/2022).

Selain beberapa faktor itu, kata dia, masih lambatnya pertumbuhan ekonomi Papua Barat dipengaruhi oleh turunnya kinerja ekspor luar negeri sebesar 33,14 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) turun 13,40 persen. "Impor luar negeri terkontraksi 43,32 persen. Peran impor dalam PDRB menurut pengeluaran sebagai pengurang, sehingga dimaknai positif terhadap penyusunan PDRB," jelas Maritje.

Apabila dibandingkan kondisi perekonomian pada triwulan IV 2021, kondisi ekonomi Papua Barat kini juga mengalami kontraksi 1,96 persen. Sementara dari sisi lapangan usaha, BPS Papua Barat mencatat hampir seluruhnya mengalami penurunan kinerja.

Di antaranya, industri pengolahan sebesar -1,62 persen, pertambangan dan penggalian sebesar -2,46 persen, konstruksi sebesar -2,71 persen, pertanian dan perikanan sebesar 1,92 persen serta lapangan usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosial wajib sebesar -7,78 persen. Beberapa lapangan usaha yang kinerjanya tumbuh positif yaitu jasa keuangan dan asuransi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, transportasi dan pergudangan, serta real estate.

Dari sisi pengeluaran, kontraksi terjadi pada sebagian besar komponen penyusun PDRB menurut pengeluaran. Kontraksi paling dalam disumbang oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sekitar 44,53 persen, konsumsi pemerintah -38,62 persen dan ekspor luar negeri -34,58 persen. "Impor luar negeri juga mengalami kontraksi hingga 84,84 persen," ujar Maritje.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement