Sabtu 14 May 2022 07:47 WIB

Kontingen Indonesia Kesulitan Cari Makanan Halal di Vietnam

Hotel tempat kontingen Indonesia menginap tidak membedakan makanan halal dan non-hal.

Sejumlah pengunjung menyantap sajian Restoran Batavia di kawasan Ba Dinh, Hanoi, Vietnam, Jumat (13/5/2022). Restoran milik salah satu staf KBRI, Azhar Rizal, yang didirikan sejak 2017 tersebut menjadi satu-satunya tempat makan masakan Indonesia dan menjadi satu rujukan dari beberapa tempat makanan halal di Hanoi bagi para kontingen dan media pers selama SEA Games 2021 Vietnam.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pengunjung menyantap sajian Restoran Batavia di kawasan Ba Dinh, Hanoi, Vietnam, Jumat (13/5/2022). Restoran milik salah satu staf KBRI, Azhar Rizal, yang didirikan sejak 2017 tersebut menjadi satu-satunya tempat makan masakan Indonesia dan menjadi satu rujukan dari beberapa tempat makanan halal di Hanoi bagi para kontingen dan media pers selama SEA Games 2021 Vietnam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ofisial dari beberapa cabang olahraga mengatakan mengalami kesulitan dalam mencari makanan halal di Vietnam saat bertanding dalam pesta olahraga sesama negara Asia Tenggara, SEA Games ke-31. Manajer tim kickboxing Indonesia, Neneng Nurosi Nurasjati, mengaku harus ekstra selektif memilih agar tidak memakan makanan non-hal.

Hotel tempatnya tinggal tidak membedakan mana makanan halal dan yang tidak. "Baru dua hari lalu ada space untuk muslim, tapi itu pun hanya sedikit, dan seperti tidak ada pilihan," kata Rossi, Sabtu (14/5/2022). Ia menambahkan bahwa timnya telah tiba di Vietnam sejak 4 Mei.

Baca Juga

Hal itu, menurut dia, berbeda dari kondisi saat SEA Games Filipina 2019, di mana pihak hotel sudah membedakan area wilayah makanan yang dapat dimakan oleh muslim dan non-muslim. "Saya sudah menyampaikan kepada LO, LO kan menyampaikan kepada Organizing Committeedi sini. Organizing Committee kan pastinya langsung ke hotel, cuma saya tidak tahu kalau di hotel kok bisa lambat," ujar perempuan berhijab tersebut.

Alhasil, Rossi mengatakan dia bersama tim yang muslim (tiga atlet dan satu pelatih) memilih makanan yang sudah pasti halal, seperti salad dan buah, juga telor rebus sebagai sumber protein. "Saya juga selektif buat yang digoreng-goreng, masih tanya ini pakai minyak babi atau nggak," kata Rossi.

"Tapi kebetulan saya juga bawa makanan dari Indonesia, bawa abon, itu saja."

Meski dengan keterbatasan makanan halal, menurut dia, tidak mengganggu performa tim nasional kickboxing. Mereka baru saja menuntaskan pertandingan cabang olahraga dengan dua emas, satu perak dan satu perunggu.

"Sama sekali tidak mengganggu, kebetulan yang nasrani juga banyak. Selain itu, mereka juga tidak bisa banyak makan karena kondisi setiap hari itu harus timbang berat badan," kata Rossi.

"Makanan yang cukup juga masih ada yang halal, cuma memang lagi-lagi harus selektif," ujarnya.

Kondisi yang sama juga dirasakan timnas futsal. Wakil dari Federasi Futsal Indonesia, Iin Nurindra, mengatakan telah meminta kepada penyelenggara untuk menyediakan makanan halal. Di hotel tempatnya tinggal, di provinsi Ha Nam, sekitar satu jam dari pusat kota Hanoi, Iin mengatakan semua makanan digabung di satu meja buffet.

"Malaysia komplain, besoknya dipisah, sehari masih ada meja terpisah walaupun menunya jadi minoritas, misalnya cuma bakmi goreng, nasi sama ayam goreng," kata Iin. "Mungkin mereka agak bingung, halal itu bagaimana, agak susah ya kalau bercerita halal sebenarnya, akhirnya kita bilang, pokoknya ayam, jangan pork."

Iin juga mengatakan bahwa kondisi tersebut tidak mempengaruhi para atlet. "Karena kita masih punya pertandingan yang harus kita pikirkan," pungkas dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement