REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Profesor Dadang Kahmad, menerangkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi keagamaan.
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48 bertema "Dakwah Muhammadiyah di Tengah Populisme dan Evangelisme."
Prof Dadang mengatakaan, hal pertama yang mempengaruhi keagamaan adalah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi ini sangat mempengaruhi perubahan masyarakat dalam beragama.
"Sekarang teknologi digital betul-betul mengubah paradigma kita, saya selalu bicara kalau orang Muhammadiyah tidak adaptif terhadap perubahan ini bahaya, bisa jadi seperti perusahaan taksi tertentu yang tadinya luar biasa sekarang tidak laku karena tidak ada perubahan," kata Prof Dadang saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48, Senin (23/5/2022).
Dia mengingatkan, ada sebuah merk handphone, dulu merajai tapi karena tidak meresponsif perubahan sekarang jadi ketinggalan oleh merk lain. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah juga kalau tidak bisa merespon perubahan akan ditinggalkan orang.
Dia menjelaskan, dari teknologi itu melahirkan perubahan sosial. Hal kedua yang mempengaruhi keberagamaan adalah perubahaan sosial masyarakat.
"Saya pernah mengadakan penelitian antara orang kota dan orang desa penganut (sebuah) tarekat, itu berbeda cara mereka mempersepsikan sesuatu termasuk dalam perilaku-perilaku religius berbeda, walau sama-sama tarekat tapi (orang) di desa dan di kota itu beda," ujar Prof Dadang.
Dia menerangkan, orang-orang di kota memahaminya selalu menggunakan logika. Jadi pengikut tarekat itu tidak hanya di desa, ada juga di perkotaan.
Dia menambahkan, hal ketiga yang mempengaruhi keagamaan adalah ajaran yang dipahami, latar belakang, dan teologi yang mereka pakai untuk melakukan tindakan keagamaan.
Prof Dadang menjelaskan, sejak ditemukannya internet pada 1990-an dunia berubah dengan cepat. Sejak itu dimulai zaman revolusi industri 4.0 dan masyarakat hidup berbasis digital.
Mulai saat itu banyak terjadi perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya pada aspek komunikasi, perubahan itu juga pada aspek-aspek ekonomi, politik termasuk beragama juga berubah. "Sekali lagi cara beragama pun berubah," ujarnya.
Dia mengatakan, dengan internet dunia menyatu dalam satu keluarga besar, saling mempengaruhi satu sama lain hampir tidak ada masyarakat yang terisolasi oleh perubahan tersebut.
Terlebih negara Indonesia menganut open sky, jadi semua informasi bisa masuk ke negeri ini tanpa bisa diseleksi atau dikontrol lagi. Kalau kontrol internal tidak ada apalagi kontrol eksternal. "Keberagaman kita pun dipengaruhi oleh aliran-aliran yang datang di luar dari luar negeri," jelas Prof Dadang.