Rabu 25 May 2022 09:30 WIB

CDC Sebut Gay dan Biseksual Lebih Berisiko Terhadap Cacar Monyet, Alasannya?

Cacar monyet bukan penyakit yang eksklusif hanya mengenai komunitas gay-biseksual.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Foto yang dipasok CDC pada 1997 memperlihatkan kulit lengan kanan dan dada seorang pasien ditumbuhi lesi cacar monyet. Dua pesta besar gay di Eropa memicu penyebaran cacar monyet.
Foto:

WHO telah mengidentifikasi lebih dari 90 kasus cacar monyet yang tersebar di belasan negara, termasuk Amerika Serikat. Sejauh ini, kasus cacar monyet yang ditemukan bersifat ringan dan tak ada kasus kematian yang terjadi berkaitan dengan wabah ini.

Secara umum, cacar monyet menyebar lewat sentuhan atau gigitan hewan liar yang terinfeksi di Afrika Tengah dan Barat. Oleh karena itu, WHO melihat wabah cacar monyet yang menyebar di banyak negara saat ini sebagai kejadian yang tak biasa.

Meski begitu, WHO juga menekankan bahwa wabah yang terjadi saat ini bisa dikendalikan. WHO pun mengimbau masyarakat untuk tidak menstigmatisasi kelompok tertentu.

Gejala cacar monyet yang patut diwaspadai adalah demam, panas-dingin, dan nyeri badan. Gejala-gejala awal ini akan disusul dengan kemunculan lesi atau lenting khas cacar monyet di area kulit. Mayoritas kasus cacar monyet tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan dapat membaik dalam beberapa pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement