REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk dengan kode saham “IPCC”, kini telah berkembang pesat di usianya yang akan menginjak tahun ke-10. Merger Pelindo pun membawa angin segar untuk bisnis IPCC menuju terminal kendaraan kelas dunia.
“Berdasarkan roadmap IPCC 2020-2024. Tahun 2022 ini, IPCC mengusung tema strategis korporasi Growth Through Integration dengan penekanan pada standarisasi kegiatan operasional di seluruh wilayah/terminal yang dikelola, integrasi Key Account Management dengan mengimplementasikan customer service center yang menjadi garda terdepan pelayanan. Kami juga melakukan optimalisasi asset yang dikelola untuk menciptakan berbagai peluang bisnis bagi IPCC,” kata Rio TN Lasse, Direktur Utama IPCC di Jakarta (7/6/2022), seperti dalam siaran persnya.
IPCC merupakan anak perusahaan BUMN pemegang otoritas bisnis pengelolaan pelabuhan-pelabuhan terminal kendaraan di wilayah Pelindo. Pascamerger Pelindo, tahun ini telah memperluas layanan di hampir semua pelabuhan utama di Indonesia. Selain di pelabuhan Tanjung Priok, IPCC juga telah memberikan layanan di pelabuhan Belawan, Panjang Lampung, Gresik, Surabaya, Pontianak, Makasar.
Untuk menuju terminal kendaraan kelas dunia, langkah-langkah strategi yang dilaksanakan IPCC pada tahun 2022 memfokuskan pada 4 hal yaitu integrasi, ekspansi, digitalisasi dan koordinasi. Dalam hal integrasi, perusahaan akan mewujudkan layanan terintegrasi “beyond the gate”, termasuk standarisasi operasional, Key Account Management (KAM), unlock idle assets. Selain itu juga melakukan integrasi data dan layanan untuk memastikan kelancaran dari “Flow of Goods-Data-Money”.
Sebagai bagian strategi integrasi ini, IPCC akan mengembangkan dan menerapkan proses bisnis secara konsisten. Dalam hal ekspansi, Rio menambahkan IPCC akan mengoperasikan terminal kendaraan/roro yang layak secara komersial di area Pelindo.
Kemudian akan melakukan ekspansi bisnis kepelabuhanan terkait lainnya yang layak secara komersial dan “future ready” secara organik ataupun anorganik. Hal lainnya dalam hal ekspansi lanjut dia, adalah mewujudkan sinergi grup Pelindo, dimana IPCC berperan sebagai operator bisnis.
Strategi penting lainnya untuk menjadi IPCC menuju terminal kendaraan berkelas dunia adalah terus beradaptasi dengan perkembangan zaman khususnya era digital. Maka percepatan implementasi digitalisasi mutlak dilakukan diberbagai layanan.
Kemudian implementasi jaringan IT yang telah menyesuaikan dengan masterplan diseluruh wilayah kerja IPCC. Selain tentunya penjajakan implementasi analytics, big data dan business intelligence untuk mendukung bisnis masa depan.
“Bagi kami digitalisasi ini tidak hanya menyangkut teknologi, namun juga cara baru untuk merangkul pelanggan. Hal ini meliputi pengembangan teknologi, pembangunan sumber daya manusia dan proses perbaikan yang terus menerus IPCC lakukan,” tambah Rio.
Strategi terakhir yang dilakukan adalah dengan kordinasi, khususnya memperkuat koordinasi di dalam lingkup Pelindo Group sesuai model bisnis pascamerger.
Saat ini, sekitar 50 ribu hingga 60 ribu total mobil dan alat berat ekspor dan impor dilayani IPCC setiap bulannya. Hampir semua pabrikan terkenal seperti Toyota, Honda, Suzuki, Hyundai, Mitsubishi, Isuzu, Ford dan lain-lain telah mempercayakan pengurusan pengiriman kendaraan mereka melalui fasilitas IPCC.
Layanan ini untuk tujuan domestik antar pulau/kota di Indonesia, maupun untuk tujuan ekspor ke luar negeri. IPCC juga terus meningkatkan layanan fasilitas bongkar-muat kendaraan mobil, suku cadang, dan alat berat seperti truk, traktor dan bus untuk tujuan ekspor maupun impor.
“Dengan mempercayakan semua proses bongkar muat dari kegiatan ekspor impor kendaraan kepada kami, akan menjamin proses loading-uploading di pelabuhan lebih efisien, aman, cepat dan terjamin. Karena semua peralatan di sini telah menggunakan alat yang serba otomatis dan tercanggih saat ini. Dan semua sistem layanan telah terdigitalisasi sehingga lebih efisien, akurat dan akuntabel,” tambah Rio TN Lasse.
Di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta saja, IPCC menyediakan lahan hingga lebih 31 hektar yang mampu memuat lebih 1 juta kendaraan sebelum proses ekspor, maupun parkir sementara maksimal satu bulan setelah kedatangan impor.