Kamis 09 Jun 2022 17:22 WIB

Pemerintah Ingin Pabrik Gula RI Bisa Ikut Produksi Ethanol

Peta jalan industri gula akan dorong pabrik hasilkan produk sampingan seperti Ethanol

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Truk pengangkut tebu bongkar muatan di Pabrik Gula Glenmore, PTPN XII, Banyuwangi, Jawa Timur. Kementerian Koordinator Perekonomian menyatakan bakal membuat peta jalan industri gula yang lebih luas. Tujuannya agar pabrik gula dapat memproduksi berbagai produk sampingan seperti ethanol.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Truk pengangkut tebu bongkar muatan di Pabrik Gula Glenmore, PTPN XII, Banyuwangi, Jawa Timur. Kementerian Koordinator Perekonomian menyatakan bakal membuat peta jalan industri gula yang lebih luas. Tujuannya agar pabrik gula dapat memproduksi berbagai produk sampingan seperti ethanol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Perekonomian menyatakan bakal membuat peta jalan industri gula yang lebih luas. Tujuannya agar pabrik gula dapat memproduksi berbagai produk sampingan seperti ethanol.

"Saya ingin kita buat roadmap baru yang tidak hanya membangun pabrik gula dan kebun tebu, tapi lebih luas. Supaya selain gula ada produksi sampingan, seperti ethanol," kata Deputi Kemenko Perekonomian, Musdalifah Machmud, dalam Musyawarah Nasional I Gapgindo di Jakarta, Kamis (9/6/2022).

Ia mengatakan, peta jalan itu sebagai panduan jangka panjang pengembangan industri gula di Indonesia. Pemerintah menginginkan agar produk yang dihasilkan dapat beragam dan akan memberikan manfaat bagi pelaku usaha maupun petani.

"Supaya daya saing kita semakin terbuka dan meloncat jauh. Mungkin di masa depan akan seperti itu," katanya.

Pihaknya pun mengapresiasi atas beroperasinya lima pabrik gula baru di Indonesia yang akan membantu peningkatan produksi nasional. Ditargetkan kelima pabrik tersebut akan memproduksi gula tebu tahun ini sebanyak 400 ribu ton atau sekitar 12 persen dari kebutuhan nasional 3,2 juta ton.

Memasuki 2024 produksi dari lima pabrik itu bisa bertambah menjadi 600 ribu ton sehingga berkontribusi 20 persen terhadap kebutuhan.

"Terima kasih sudah berinvestasi karena (membangun pabrik gula) sangat sulit sekali. Jadi ini sangat menggembirakan dalam rangka mewujudkan kembali Indonesia sebagai negara produsen gula," ujarnya.

Musdalifah mengatakan, pemerintah bersyukur bisa menjaga harga gula di tingkat konsumen sebesar Rp 13.500 - Rp 14 ribu per kilogram (kg) di saat adanya kenaikan harga pangan dunia.

Ia memastikan pemerintah akan menjaga harga gula pada level tersebut setidaknya hingga akhir tahun ini. "Tahun 2023 kita akan lihat seperti apa kondisinya dan apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pergulaan kita," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement