REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sains menunjukkan bahwa golongan darah dapat membuat perbedaan dalam seberapa sehat jantung seseorang. Setiap orang pasti memiliki golongan darah yang dikategorikan ke dalam salah satu kelompok berikut: A+, A-, B+, B-, O-, O+, AB+, atau AB-.
Penelitian yang sedang berlangsung mengungkap bahwa golongan darah lebih penting daripada yang selama ini diketahui. Golongan darah yang berbeda dapat menilai risiko seseorang untuk kondisi kesehatan tertentu, terutama kerentanan mengalami penyakit jantung.
Huruf dalam golongan darah mewakili bentuk gen ABO, yang memprogram sel darah secara berbeda. Jika seseorang memiliki golongan darah AB, misalnya, berarti tubuh diprogram untuk memproduksi antigen A dan B pada sel darah merah. Pemilik golongan darah O tidak menghasilkan antigen apapun.
Tanda "positif" atau "negatif" pada golongan darah dipantau berdasarkan apakah ada protein pada sel darah merah atau tidak. Jika darah memiliki protein, artinya seseorang punya golongan darah rhesus, atau Rh, positif. Orang dengan golongan darah O dianggap "donor universal" karena darah mereka tidak memiliki antigen atau protein, yang berarti tubuh siapa pun akan dapat menerimanya.
Para peneliti tidak sepenuhnya tahu mengapa terdapat golongan darah berbeda, tetapi bisa jadi ada kontribusi dari infeksi di masa nenek moyang yang mendorong mutasi pelindung dalam darah. "Hampir seperti tubuh telah berevolusi di sekitar lingkungannya untuk melindunginya sebaik mungkin," kata ahli hematologi dari Penn Medicine, Douglas Guggenheim.
Pemilik golongan darah tertentu diketahui lebih berisiko terkena penyakit jantung. Menurut American Heart Association, orang dengan golongan darah A, B, atau AB lebih mungkin mengalami serangan jantung atau gagal jantung dibandingkan orang dengan golongan darah O.
Golongan darah A atau B memiliki risiko gabungan delapan persen lebih tinggi dari serangan jantung dan 10 persen peningkatan risiko gagal jantung. Berdasarkan penelitian yang sama, perbedaan tingkat pembekuan darah pada golongan darah itu pun jauh lebih tinggi.
Pemilik golongan darah A dan B tercatat 51 persen lebih mungkin mengembangkan //deep vein thrombosis// dan 47 persen lebih mungkin mengembangkan emboli paru. Keduanya merupakan gangguan pembekuan darah parah yang dapat meningkatkan risiko gagal jantung.
Alasan peningkatan risiko tersebut, menurut Guggenheim, disinyalir ada hubungannya dengan peradangan yang terjadi pada tubuh orang dengan golongan darah A, B, atau AB. Protein yang ada dalam darah tipe A dan tipe B dapat menyebabkan lebih banyak penyumbatan atau penebalan di pembuluh darah dan arteri, yang menyebabkan peningkatan risiko pembekuan dan penyakit jantung.
Guggenheim juga menyoroti penurunan risiko penyakit Covid-19 yang parah pada orang dengan golongan darah O. Perlu menjadi catatan bahwa penyakit Covid-19 yang parah sering menyebabkan masalah jantung, pembekuan darah, dan masalah kardiovaskular lainnya.
Meski begitu, pemilik golongan darah O mungkin lebih rentan terhadap gangguan pendarahan, terutama pada perempuan setelah melahirkan. Orang dengan golongan darah O juga mungkin kondisinya jauh lebih buruk setelah cedera traumatis karena kehilangan darah, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Critical Care.
Penelitian lain telah menemukan orang dengan golongan darah AB mungkin berada pada peningkatan risiko gangguan kognitif bila dibandingkan dengan golongan darah O. Gangguan kognitif mencakup hal-hal seperti kesulitan mengingat, susah fokus, atau sukar membuat keputusan.
Guggenheim menganjurkan pemilik golongan darah apa pun menjaga kesehatan dengan baik. "Diet yang seimbang dan sehat untuk jantung secara umum akan menjadi rekomendasi dokter mana pun," ungkapnya, dikutip dari laman CNET, Jumat (10/6/2022).