Kamis 16 Jun 2022 15:18 WIB

Angka Kematian Penyakit Tidak Menular Tinggi

Deteksi sejak awal agar dapat mengendalikan faktor risiko maupun mencegah PTM. 

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Kadinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Kadinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno menyampaikan, data yang menyebutkan BPJS Kesehatan mencatat beban pembiayaan negara tertinggi adalah untuk Penyakit Tidak Menular atau PTM. Data lain menyebutkan angka kematian di Indonesia maupun di Kota Bogor masih tinggi karena PTM, yang disebabkan jantung koroner, kanker, diabetes melitus dan komplikasi. 

Selain itu, Retno mengatakan, hasil riset lain pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa hanya tiga dari 10 penderita PTM yang terdeteksi sejak awal. Artinya, kata dia, tujuh penderita PTM lainnya diketahui tidak dideteksi. Bahkan, tidak menyadari menderita PTM dan diketahui setelah komplikasinya. 

“Pada dasarnya PTM bisa diantisipasi atau dicegah. Untuk itu diperlukan deteksi sejak awal agar dapat mengendalikan faktor risiko maupun mencegah ke dalam komplikasi yang lebih berat,” kata Retno melalui keterangan trttulis yang diterima Republika, Kamis (16/6).

Melalui kolaborasi semua pihak di Kota Bogor, pihaknya membuat satu inovasi untuk mendukung Gerakan Bulan Deteksi Dini PTM Kota Bogor yang disebut Paguyuban Salapan (9) yang memiliki arti sembilan sasaran, sembilan pelaksana dan sembilan program. 

Adapun yang dimaksud sembilan sasaran yang dimaksud Retno terdiri dari masyarakat umur, usia 15 tahun keatas, ASN, wanita usia subur antara 30-50 tahun dengan pemeriksaan IVA tes dan CBE, pegawai swasta, pegawai dan pekerja di industri, mahasiswa dan siswa SMA/sederajat serta pengunjung klinik atau rumah sakit.

Sementara, lanjutnya, sembilan pelaksana kolaborasi meliputi sembilan program pemeriksaan kesehatan yang dikelola dan terintegrasi meliputi penanggung jawab PTM, kesehatan indera, kesehatan jiwa, deteksi dini kanker serviks (IVA), promosi kesehatan, lansia, gizi, UKS dan kesehatan kerja. 

“Untuk sembilan pelayanan deteksi adalah deteksi gizi, deteksi dini hipertensi, diabetes melitus, deteksi kanker serviks dan kanker payudara, deteksi dini kesehatan jiwa, pemeriksaan tajam pendengaran dan pemeriksaan tajam penglihatan, pelayanan paru obstruktif kronik dan pelayanan upaya berhenti merokok,” jelas Retno.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement