Selasa 21 Jun 2022 06:54 WIB

Bukan Anies-AHY, Tapi Anies-Khofifah Lebih Realistis dan Berpeluang

Khofifah akan bisa meredam serangan terhadap Anies Baswedan.

Red: Joko Sadewo
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dinilai cocok berpasangan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Foto: Humas Pemprov Jatim
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dinilai cocok berpasangan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Oleh : Erik Purnama Putra, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Anies Rasyid Baswedan selalu masuk dalam top three survei berbagai lembaga terkait calon presiden (capres) 2024. Dua figur lainnya yang juga berpeluang adalah Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto Djojohadikusumo.

Wajar jika Anies termasuk sosok yang digadang-gadang berpeluang memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Selain karena kinerja dan sosoknya, posisinya sebagai gubernur DKI Jakarta membuatnya terus mendapatkan sorotan kamera. Tidak heran, bahkan di sebagian survei, Anies malah menyodok di peringkat pertama.

Hanya saja, sebelum membahas peluang memenangkan kontestasi pada 14 Februari 2024, Anies mesti memikirkan mendapatkan dulu tiket pencapresan. Minimal kursi 20 persen dari partai politik (parpol) di Senayan, harus dalam pegangan. Dalam fase ini, Anies wajib rendah diri untuk mau menjalin silaturahim dengan petinggi parpol. Tujuannya agar ia bisa memenuhi syarat Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendaftar sebagai peserta Pilpres 2024.

Untuk mendapatkan suara 20 persen itu tidak gampang. Selain PDIP yang bisa mengusung capres sendiri, delapan parpol lain yang berada di DPR harus berkoalisasi. Jika Partai Golkar dan Gerindra untuk bisa mengusung calon sendiri hanya perlu menggandeng satu parpol menengah maka untuk partai papan tengah minimal harus berkoalisi dengan dua partai lain.

Tengok saja, tiga partai terbesar, yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra, masing-masing sudah punya kandidat. Mereka adalah Puan Maharani/Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, dan Prabowo Subianto.

Adapun untuk Nasdem, PKS, PAN, dan PPP hingga saat ini masih belum memiliki kandidat yang menonjol. Berbeda dengan Demokrat dan PKB yang ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maupun Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sudah digadang-gadang maju di Pilpres 2024.

Namun, tetap saja AHY dan Cak Imin tetap harus realistis karena bisa saja parpol lain tidak ada yang mau berkoalisi dengan keduanya. Jika begitu, mau tidak mau Demokrat dan PKB wajib merelakan diri ketua umumnya tak maju untuk bisa mendorong capres lain.

Pada titik inilah, Anies berpeluang bisa mendapatkan tiket. Mengapa? Dengan bermodal popularitas dan elektabilitas tinggi maka pada waktunya, partai yang akan membutuhkannya. Tentu saja tidak semua partai akan mendekat, melainkan ada yang sudah memiliki kandidat sendiri. Namun, partai yang perlu figur untuk mendongkrak perolehan di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 bakal terang-terangan mendukungnya.

Dunia politik memang dinamis. Tidak ada yang pasti. Keputusan sekarang bisa berubah besoknya. Sebelum didaftarkan ke KPU, semua keputusan partai dapat berganti. Karena itu, capres yang benar-benar sudah mendapatkan tiket adalah yang namanya terdaftar di KPU. Adapun pendaftaran capres dibuka pada 19 Oktober-25 November 2023.

Hanya saja, jika menilik kondisi hari ini maka ada tiga partai yang mau mengusung Anies. Ketiganya adalah Nasdem, Demokrat, dan PKS. Selama ini, hubungan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh sangat dekat dengan Anies. Keduanya bahkan sempat berfoto bersama kala Prabowo bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada 2019. Kala itu, Surya melakukan manuver lantaran menunjukkan sikap penolakan terhadap Prabowo yang masuk kabinet. Selain itu, Anies juga salah satu deklarator ormas Nasdem.

Anies juga memiliki relasi yang baik dengan Ketua Umum Demokrat AHY. Putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut pernah berkunjung ke Balai Kota DKI dan datang menonton balapan Formula E di Sirkuit Ancol, Sabtu (4/6/2022). AHY menjadi satu-satunya ketua umum partai yang mengunjungi Anies di kantornya.

Bahkan di antara capres lain, AHY paling sering bertemu Anies. Nama keduanya sempat digadang-gadang sebagai pasangan ideal untuk maju pada 2024. Beberapa lembaga survei juga sudah melakukan simulasi menduetkan dua nama tersebut. Namun, penulis merasa ada pasangan yang lebih ideal dan powerful dibandingkan keduanya. Nanti kita bahas setelah mengulas partai ketiga.

Sedangkan PKS, sudah sangat jelas, di akar rumput para kader sangat pro dengan Anies. PKS merupakan salah satu partai pengusung Anies di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017. Hanya Anies, capres tiga besar yang hadir pada perayaan milad ke-29 DPP PKS di Istora Senayan pada 29 Mei 2022. Yang juga menjadi nilai plus, hubungan Anies tidak ada masalah dengan jajaran dewan syuro, ketua umum, sekjen, hingga ketua DPP PKS.

Merujuk berbagai pertimbangan itu, ketiga partai tersebut juga sangat rasional jika pada akhirnya mengusung Anies sebagai capres. Hanya saja, jika pasangannya adalah AHY maka belum ditentu disetujui Nasdem dan PKS. Hal itu lantaran AHY masih dianggap anak bawang di dunia politik.

Penulis memiliki tiga skenario pasangan Anies yang bisa menambah perolehan suara. Ketiganya adalah Puan Maharani, Jenderal Andika Perkasa, dan Khofifah Indar Parawansa. Untuk nama pertama, jelas sulit terwujud ditinjau dari pertarungan ideologi pendukung militan Anies di akar rumput, meskipun peluang tetap ada.

Untuk figur kedua, masalahnya adalah belum tentu disetujui tiga ketua umum partai. Sedangkan nama ketiga, sepertinya bakal bisa menyatukan ketiga partai untuk tidak menolaknya. Khofifah seolah bisa menjadi titik temu bagi partai pengusung yang ingin memajukan Anies pada Pilpres 2024.

Ketika Pilgub Jawa Timur (Jatim) 2018, Nasdem dan Demokrat mendukung Khofifah. Hanya PKS yang mendukung Saifullah Yusuf. Jika Khofifah benar dipasangkan dengan Anies maka Nasdem pasti tidak keberatan. Pasalnya, gubernur Jatim tersebut juga termasuk deklarator ormas Nasdem.

Demokrat pun sepertinya juga tidak bakal keberatan lantaran kadernya yang saat ini menjabat wakil gubernur Emil Dardak bisa dimajukan sebagai calon gubernur (cagub) pada Pilgub Jatim 2024. Pun PKS juga tidak ada resistensi terhadap figur Khofifah.

Dibandingkan dengan Puan dan Andika, Anies bakal meraup keuntungan jika menggandeng Khofifah. Sebagai ketua umum PP Muslimat NU, Khofifah memiliki jaringan kuat secara nasional, khususnya di Jatim. Dukungan dua provinsi, yaitu Jateng dan Jatim selama ini masih relatif sedikit untuk Anies. Berbeda dengan Jakarta, Banten, dan Jawa Barat (Jabar), yang terlihat dukungan dari masyarakat untuk Anies sudah sangat kuat.

Dengan menggandeng Khofifah, satu provinsi yang menyumbang suara besar setidaknya sudah aman. Keuntungan lain yang didapatkan Anies adalah serangan kubu lawan bisa direduksi jika menggandeng Khofifah, yang notabene kader NU tulen. Pada Pilpres 2024, Anies bakal banyak diserang dengan isu radikalisme dan khilafah.

Dengan adanya Khofifah, Anies memiliki tameng kuat untuk meredam berbagai black campaign yang mengarah kepadanya. Satu lagi, ia juga dapat meraih simpati dari segi gender karena menggandeng kalangan perempuan. Dengan skenario tersebut maka tiga partai yang mengusung Anies itu juga bisa meraih keuntungan dengan ikut terkerek mendapatkan limpahan suar (coattail effect).

Sebenarnya, penulis lebih sreg jika Anies menggandeng Gubernur Jabar M Ridwan Kamil. Kiprah gubernur Jabar memang lebih menonjol dibandingkan gubernur Jatim. Namun, pertimbangan logisnya adalah Anies sudah terlampau kuat di Jabar. Dia lebih baik fokus untuk meraih suara besar di Jatim. Dan, kuncinya ada dalam sosok Khofifah.

Dalam konteks Pilpres 2024, Khofifah benar-benar dalam posisi underdog. Jika pada akhirnya ia digandeng Anies, pasangan ini bakal saling melengkapi. Sebuah kombinasi sempurna untuk benar-benar diwujudkan. Jika skenario tersebut terwujud maka Anies sekaligus menutup kans lawan yang mencoba mengeruk suara di Jatim.

Setujukah pembaca dengan analisis ini?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement