REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Petani cabai rawit hiyung di Kabupaten Tapin, meraup untung, antara Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per kg, saat terjadi kenaikan harga cabai rawit di Kalimantan Selatan. "Saat ini lebih untung, karena harga cabai rawit di pasaran lokal mahal," ujar Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi, Sabtu (25/6/2022).
Saat ini, kata dia, harga pasaran cabai rawit di lokal Kalsel, terjadi kenaikan antara Rp 100-Rp 120 ribu per kg. Harga sebelumnya diantara Rp 60-Rp 70 ribu per kg.
"Harga jual di petani kita sekarang di kisaran Rp 90-Rp 100 ribu. Tahun lalu harganya Rp 35 ribu per kg," ujarnya.
Cabai rawit hiyung, yang sejak beberapa tahun silam dinobatkan sebagai cabai rawit terpedas di Indonesia itu, kata dia, cuma punya selisih harga sekitar Rp 10 ribu di pasaran."Para pembeli datang langsung ke sini. Mereka datang dari berbagai daerah di Kalsel. Mereka jual lagi di pasar," ujarnya.
Saat ini ketersediaan cabai rawit khas Desa Hiyung di lahan rawa lebak itu, kata Junaidi, dipanen bertahap dan bisa bertahan sampai Desember mendatang.Cabai unik yang hanya bisa tumbuh maksimal di desa itu, kata dia, saat ini sudah memasuki musim panen, luas lahan 148 hektar. "Baru 25 persen lahan yang di panen. Bisa sampai 20 kali panen," ujarnya.
Saat panen pertama ini, kata dia, untuk satu hektar nya bisa mendapatkan 35 kg cabai rawit hiyung.Di sentra cabai rawit hiyung, kata dia, terdapat 250 petani yang menanam di lahan seluas 148 hektar itu.
Sedangkan, untuk kebutuhan di rumah produksi cabai rawit hiyung, kata dia, hanya memerlukan satu ton cabai basah untuk dijual kemasan berbagai macam olahan."Jadi masih bisa memenuhi kebutuhan cabai basah," ujarnya.
Terkait, kenaikan harga tersebut, kata Junaidi, diharapkan petani tetap bertahan sampai habis waktu panen.