REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kevakuman dakwah di Swiss terus terjadi hingga runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmaniyah--daulah yang juga menjembatani antara budaya Barat dan Timur. Islam mulai bersemi kembali ke sana pada abad ke-20, khususnya pasca-Perang Dunia II. Syiar agama tersebut didatangkan oleh para imigran Muslim yang berasal dari negeri-negeri bekas wilayah Utsmani, semisal Suriah atau Lebanon.
Di negara yang berbatasan langsung dengan Jerman, Prancis, Italia, Liechtenstein, dan Austria ini, arus kedatangan Muslimin semakin terasa sejak tahun 1970-an. Pada 1980, populasi umat agama ini di sana mencapai 56.600 jiwa atau setara 0,9 persen dari total penduduk setempat saat itu.
Bersamaan dengan pecahnya Yugoslavia pada 1990-an, jumlah mereka pun semakin banyak. Para pengungsi yang beragama Islam dari Balkan terus diterima. Bahkan, tidak sedikit yang kemudian meraih kewarganegaraan Swiss.
Menurut Miroslaw Matyja dalam Swiss Democracy and the Issue of the Muslim Minority in the Swit zerland (2019), pada abad ke-21 kini Muslimin merupakan komunitas agama ketiga terbesar di Swiss.
Bagaimanapun, lanjut dia, Islam hingga saat ini belum di akui sebagai agama resmi oleh pemerintah setempat. Malahan, isu islamofobia kerap mewarnai kehidupan politik dan sosial warga lokal. Sebagai contoh, maraknya kampanye larang menara masjid pada 2009 di sana.
Kadang kala, sikap anti-Muslim bercampur dengan sentimen antimigran dan antipengungsi. Menurut sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2000, terdapat lebih dari 88,3 persen Muslimin yang bukan warga asli di Swiss.
Sekira 11,7 persen atau 36.481 orang dari mereka memiliki kewarganegaraan Swiss. Umumnya, mereka berasal dari kelompok etnis keturunan Balkan dan Turki. Adapun 7,7 persen di antara keseluruhannya merupakan warga naturalisasi. Hanya sebesar 3,9 persen dari mereka yang merupakan warga negara Swiss sejak lahir.
Konsentrasi terbesar umat Islam di negeri kaki Komunitas Muslim menjadi bagian dari dinamika dan masyarakat Swiss.Islam sudah menjadi bagian dari sejarah Swiss sejak abad kesembilan atau ke-10 Masehi. Ajaran tauhid saat itu dibawa oleh para pedagang Arab yang singgah di Valais.
Pegunungan Alpen itu cenderung memusat di sejumlah canton yang penduduknya berbahasa Jerman. Kantong-kantong yang memiliki populasi Muslim lebih dari lima persen adalah Basel-Stadt (6,72 persen), Glarus (6,50 persen), St. Gallen (6,13 per sen), Thurgau (5,94 persen), Schaffhausen (5,80 persen), Aargau (5,49 persen), Solothum (5,39 persen), dan Zurich (5,33 persen).