Jumat 01 Jul 2022 09:14 WIB

Izin Holywings di Surabaya Hanya Rumah Makan Bukan Bar

Holywings di Surabaya pernah mengajukan izin rumah makan dan bar pada 2017.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya telah membekukan sementara izin operasional tiga outlet Holywings, hingga kasus dugaan penistaan agama yang dijalani tuntas, sekaligus operasionalnya sesuai dengan izin yang dikantongi. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, untuk izin operasional usaha rumah makan memang dikeluarkan Pemkot Surabaya.

Namun untuk bar, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) nomor 5 rahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Eri melanjutkan, ketika kasus dugaan penistaan agama yang menimpa Holywings tuntas dan ingin beroperasional kembali di Surabaya, maka perizinannya harus diperbarui. Baik itu izin untuk rumah makan maupun bar atau diskotek.

Baca Juga

"Pemkot Surabaya mengeluarkan izin sesuai dengan aturan itu, hanya rumah makan. Tidak boleh bar. Karena (izin bar) itu bukan kewenangan Pemkot," ujarnya, Jumat (1/6/2022).

Eri menyebutkan, Holywings di Surabaya pernah mengajukan izin rumah makan dan bar ke Pemkot Surabaya pada 2017. Namun, seiring terbitnya PP nomor 5 tahun 2021, izin untuk bar dialihkan menjadi kewenangan Dinas Pariwisata Provinsi Jatim. "Nah dia (Holywings) belum perpanjang atau perbarui. Maka di situ saya bekukan izinnya," ujar Eri.

Eri melanjutkan, ketika dilakukan pengecekan dan ditemukan Holywings di Surabaya belum melakukan pembaharuan izin, juga menjadi alasan Pemkot untuk membekukan izin operasionalnya. "Kalau tidak bisa memenuhi aturan itu, berarti akan kita tutup terus sampai mengeluarkan izin. Tapi kalau ganti nama terus hanya dibuat rumah makan, pemkot yang keluarkan (izin)" kata dia.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement