REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang kerap menganggap bahwa lupa akibat pengaruh usia dan demensia sebagai satu kondisi yang sama. Padahal, keduanya merupakan dua hal yang berbeda.
"Perubahan daya ingat terkait usia yang normal sangat berbeda dari demensia," jelas ahli neurologi dan direktur dari Dementia, Alzheimer's Diseqse and Neurocognitive Disorder di Providencw Saint John's Healrh Center, Verna Porter MD, seperti dilansir BestLife, Sabtu (2/7/2022).
Yang menjadi pembeda utama di antara kedua kondisi tersebut adalah pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari. Lupa yang normal akibat pengaruh usia tidak sampai menghambat kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas harian yang biasa.
Di sisi lain, demensia akan membuat penderitanya mengalami penurunan pada dua kemampuan intelektual atau lebih. Beberapa kemampuan intelektual yang bisa mengalami penurunan akibat demensia adalah kemampuan daya ingat, kemampuan bahasa, membuat penilaian, hingga pemikiran abstrak. Penurunan ini akan terjadi secara signifikan dan persisten, hingga memicu disabilitas pada penderita.
"(Penurunan kemampuan intelektual) yang secara signifikan mengganggu dan menghambat aktivitas normal sehari-hari," pungkas Dr Porter.
Demensia pada dasarnya bukan satu penyakit yang spesifik, melainkan istilah umum untuk beragam masalah yang berkaitan dengan daya ingat, kemampuan berpikir, dan membuat keputusan yang sampai mengganggu kualitas hidup. Salah satu contoh demensia adalah penyakit Alzheimer.
Penulis buku penjualan terbaik versi New York Times, Max Lugavere, sudah cukup banyak menulis soal demensia. Lugavere bahkan merumuskan sebuah metode sederhana yang dapat membantu membedakan lupa yang normal dengan demensia. Metode ini dilakukan dengan cara membedakan lupa seperti apa yabg dialami. Namun, perlu diketahui bahwa metode ini bukan tes diagnosis yang resmi.
"Bila anda lupa di mana kunci Anda, jtu bisa disebabkan oleh (lupa) normal yang berkaitan dengan penuaan. Tapi bila Anda lupa apa kegunaan kunci Anda, itu mungki merupakan saat yang tepat untuk pergi ke ahli neurologi dan mencari tahu diagnosis," jelas Lugavere.
Orang dengan demensia yang ringan sekali pun kemungkinan akan membutuhkan bantuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan seperti mengelola keuangan atau melakukan perjalanan juga sebaiknya memeriksakan diri ke ahli neurologi.
"(Penderita demensia juga mungkin tidak aman untuk berkendara, mengingat) penurunan visuospasial dan visuoperseptual serta kecepatan reaksi mulai muncul cukup dini dalam perkembangan penyakit," lanjut Dr Proter.
Menurut Dr Porter, ada beberapa red flags yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin menalami penurunan kognitif ringan dan perlu mendapatkan perawatan medis. Red flags tersebut adalah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, melupakan suatu pata atau frasa, menggunakan kata yang keliru saat berbincang, membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan tugas sehari-hari, meletakkan benda di tempat yang salah berulang kali, tersasar saat berjalan-jalan di lingkungan yang sebenarnya familiar, serta suasana hati, kepribadian, atau perilaku berubah dengan cepat tanpa sebab yang jelas.
"Ketika daya ingat menurun secara sangat meluas, hingga mulai mengganggu pekerjaan, hobi, aktivitas sosial, dan hubungan dengan keluarga, ini mungkin mengindikasikan tanda peringatan dari sindrom demensia yang sedang berkembang atau sebuah kondisi yang menyerupai demensia," pungkas Dr Porter.