Ini kabar menggembirakan bagi para penggemar film di Tanah Air. Tidak lama lagi, mereka akan menikmati tayangan film baru bertajuk Kinah dan Redjo. Film layar lebar yang terinspirasi dari kisah cinta Mbah Marijan, sang legenda penunggu Gunung Merapi. Film ini, masih dalam proses produksi. “Kami targetkan tahun depan sudah tayang di bioskop,” kata Prof. Suyanto, sutradara yang juga Rektor Universitas Amikom.
Kinah dan Redjo, diproduksi MSV Studio bekerjasama dengan Prodi Ilmu komunikasi Universitas Amikom. Dalam tim produksi ini, melibatkan sineas profesional, seniman Jogja, dan juga mahasiswa-mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta. “Ada aktor-aktor yang sudah dapat penghargaan FFI jadi pemain di film ini,” ujarnya.
Selain itu, juga melibatkan beberapa orang siswa yang berasal dari SMK Mitra Universitas Amikom Yogyakarta. Antara lain, SMK Prestasi Prima Jakarta, SMK BPI Bandung, dan SMK Daarut Tauhid Bandung.
Menurut Suyanto, keterlibatan mahasiswa dalam film ini dalam upaya memberikan penguatan dan pengalaman berharga bagi mahasiswa agar paham industri film yang sesungguhnya. “Berbekal pengalaman tersebut, mahasiswa bisa semakin mengembangkan potensinya untuk berkarir lebih jauh dalam industri film profesional,” ujarnya.
Dijelaskan Suyanto, pihaknya sengaja menampilkan kisah Mbah Marijan yang selama ini dikenal sebagai juru kunci Gunung Merapi. Selain namanya yang sudah terkenal, banyak nilai-nilai kehidupan yang layak ditularkan kepada generasi kekinian. “ Film ini syarat makna. Banyak pembelajaran tentang nilai-nilai kehidupan yang bisa diteladani dari Mbah Marijan,” ujar Prof Suyanto juga sebagai penulis naskah.
Sebagai sutradara dan penulis naskah, Suyanto tentu terlebih dahulu melakukan riset untuk menggali berbagai informasi terkait Mbah Marijan. Ia bertemu langsung dengan orang-orang sekitar tempat tinggal almarhum di Kinahrejo, yang berjarak dekat dengan puncak Merapi.
Salah satu nara sumber yang ditemui adalah juru kunci Gunung Merapi, adalah Pak Asih. Pemilik nama Ki Bekel Anom Surakso Sihono tersebut, tak lain merupakan putra kandung almarhum Mbah Maridjan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sosok Mbah Maridjan dan mbah Ponirah (istrinya), Suyanto merasa perlu mengajak pemeran utamanya, Annisa Hertanti (Kinah) dan Aksara Dena (Redjo) berkunjung ke kediaman Pak Asih.
Pak Asih memang dilibatkan dalam pembuatan film dengan didapuk sebagai nara sumber utama. Sebab Pak Asih sejak dini sudah sangat paham, tidak hanya tentang kisah hidup Mbah Marijan dan Mbah Ponirah namun juga situasi, kondisi, dan budaya yang berlangsung di masa tersebut.
Selain berkunjung ke kediaman Pak Asih, Suyanto dan tim produksi ‘Kinah dan Redjo’ juga melakukan survai lapangan di berbagai lokasi shooting film. Proses shooting atau pengambilan gambar sendiri rencana akan rampung bulan Juli ini.
Menurut rencana, film karya Universitas Amikom tersbut akan ditayangkan melalui jaringan bioskop XXI. Sebelum film dibuat, sudah berkomunikasi dengan distributor film nasional tersebut, “Mereka siap kerjasama dengan kami,” ujar Suyanto.
Film Kinah dan Redjo sejatinya merupakan film praktek karya mahasiswa Program Pendidikan Komunikasi. Hanya saja dibuat secara professional, dengan melibatkan insan perfilman yang sudah berpengalaman.
Sementara itu, Erik Hadi Saputro, Kaprodi Ilmu Komunikasi menyatakan bahkan keterlibatan sineas profesional tersebut dalam upaya sebagai transfer ilmu kepada para mahasiswa yang nantinya akan menekuni industry perfilman.
Masih menurut Erik Hadi Saputro, Film Kinah dan Redjo merupakan bagian dari konsolidasi internal untuk membentuk tim perfilman yang solid. Tim ini sangat dibutuhkan untuk mendukung program Universitas Amikom yang akan menggarap industry film secara serius. “Kami menargetkan setiap semester akan memproduksi film baru,” kata Erik Hadi Saputro.
Selain menggarap pasar film dalam negeri, saat ini Universitas Amikom juga serius menggarap pasar international. . “Pasar international masih sangat besar, memang dibutuhkan strategi khusus untuk bisa masuk, Alhamdulillah kami sudah ketemu jalannya,” ujar Suyanto lagi kepada SWA.