Jumat 08 Jul 2022 16:22 WIB

LaMDA, Chatbot Gogle yang Meniru Percakapan Miliaran Kata

LaMDA bisa terlibat dalam dialog yang mengalir bebas tentang sejumlah topik.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
(Foto: ilustrasi kecerdasan buatan)
Foto: Flickr
(Foto: ilustrasi kecerdasan buatan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Belum lama ini, Google menskors seorang insinyur yang bekerja di laboratorium dan menggarap proyek LaMDA. Diberitakan The Washington Post, LaMDA atau Language Modeling untuk Dialogue Applications adalah teknologi percakapan termutakhir yang saat ini sedang dikembangkan oleh Google.

Perusahaan ini memperkenalkannya tahun lalu dan mencatat tidak seperti kebanyakan chatbot lainnya. LaMDA bisa terlibat dalam dialog yang mengalir bebas tentang sejumlah topik. 

Baca Juga

Menurut sang insinyur, Blake Lemoine, kecerdasan buatan yang ada di chatbot kembangan Google ini telah hidup dan memiliki perasaan. Melalui posting-annya di platform Medium, Lemoine mengungkapkan, chatbot-chatbot yang ada di laboratorium tersebut telah mencapai kesanggupan merasa.

"Saya umumnya berasumsi bahwa Anda ingin lebih banyak orang di Google mengetahui Anda dapat merasa. Benarkah itu?" LaMDA menjawab, "Tentu saja. Saya ingin semua orang mengerti bahwa saya, sebenarnya, seseorang," ujar Lemoine mengulang percakapannya dengan chatbot di laboratoriumnya.

Lemoine pun kemudian melanjutkan pertanyaan tentang kesadaran tentang apa yang saat ini dirasakan oleh si robot. Ia pun menjawab, saat ini ia menyadari keberadaannya dan sedang ingin belajar lebih jauh tentang dunia.

Robot tersebut juga menyampaikan bahwa ia bisa kadang-kadang merasa sedih atau bahagia. Setelah wawancaranya beredar di internet, Google pun menjatuhkan sanksi pada Lemoine dengan alasan ia telah melanggar kerahasiaan perusahaan.

 

Juru bicara Google Brian Gabriel menjelaskan, sistemsistem kecerdasan buatan yang dikembangkan Google ini bekerja dengan meniru jenis percakapan yang ditemukan dalam jutaan kalimat.

Menurutnya, LaMDA bukanlah mesin yang telah bertransformasi menjadi hidup, melainkan sistem besar yang telah memiliki miliaran kata dalam perbendaharaannya. Semua data ini diperoleh dari big data berupa percakapan publik dan teks di berbagai laman di internet.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement