Ahad 10 Jul 2022 10:25 WIB

BKSDA Kalsel Kembangkan Pulau Bakut untuk Melihat Bekantan

BKSDA Kalsel mengembangkan Pulau Bakut agar wisatawan nyaman melihat Bekantan.

Red: Bilal Ramadhan
Pengunjung bersantai di kawasan ekowisata Mangrove Rambai Center di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. BKSDA Kalsel mengembangkan Pulau Bakut agar wisatawan nyaman melihat Bekantan.
Foto: ANTARA/Bayu Pratama S/foc.
Pengunjung bersantai di kawasan ekowisata Mangrove Rambai Center di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. BKSDA Kalsel mengembangkan Pulau Bakut agar wisatawan nyaman melihat Bekantan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan terus melakukan pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di Kabupaten Barito Kuala untuk kenyamanan wisatawan menikmati keindahan alam ekosistem mangrove sekaligus melihat bekantan.

"Kami terus melengkapi sarana prasarana dibantu para pihak guna meningkatkan pelayanan dan kepuasan pengunjung dalam menikmati keindahan alam di Pulau Bakut," kata Kepala BKSDA Kalsel Mahrus Aryadi, Sabtu (9/7/2022).

Dia menyebut wisatawan yang berkunjung di Pulau Bakut besar kemungkinan bisa bertemu atau melihat secara langsung bekantan dengan persentase 80 sampai 90 persen.

Diketahui TWA Pulau Bakut yang memiliki luasan 15,58 hektare menjadi habitat satwa dilindungi yaitu bekantan si maskot fauna Kalimantan Selatan termasuk jenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan.

Mahrus menyampaikan terima kasih kepada PT. Adaro Indonesia karena sejak tahun 2021 hingga sekarang telah membantu pengembangan TWA Pulau Bakut.

Di antaranya membangun sarana yang berada di dalam kawasan konservasi TWA Pulau Bakut berupa pembuatan gazebo ukuran 6X8 meter dengan bahan material kayu ulin serta dermaga terapung ukuran 2X4 meter dengan bahan material kubus apung.

Sedangkan sarana pendukung yang dibangun oleh PT Adaro Indonesia di luar kawasan TWA Pulau Bakut antara lain dermaga apung, areal parkir, toilet dan loket karcis.

Kemudian ada jalan titian wisata ulin sepanjang 630 meter, 2 buah menara pengamatan satwa, empat buah shelter, loket karcis, kandang rehabilitasi dan habituasi.

Mahrus menyatakan Pulau Bakut yang di atasnya terbentang megah Jembatan Barito sangat strategis karena memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau dari kota Banjarmasin, kota Marabahan, Barito Kuala maupun kota Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.

Sebagai tujuan wisata edukasi, Pulau Bakut dinilai sejalan dengan semangat perilaku "back to nature" (kembali ke alam) yang akan menjadi tren di masa mendatang.

"Kami juga optimis mendorong pergerakan kembali roda perekonomian masyarakat. Karena sebelum pandemi, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari TWA Pulau Bakut mencapai Rp 200 juta per tahun," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement