Vlogger, Blogger, Selebgram hampir kecanggihan teknologi dikuasai oleh anak-anak gen Z di zaman ini. Video keren ala milenial sungguh menjadi daya tarik. Mulai dari Atta halilintar yang banyak digandrungi oleh cewek-cewek sampai ke Ria Ricis yang kabarnya sempat pamit dari dunia per youtube-an.
Fenomena yang cukup unik, sebagai genarasi muda Islam yang memiliki segudang kreativitas hendaknya seluruh potensi ini hanyalah untuk kejayaan Islam. Maka jadilah pemuda idaman bukan hanya level receh yang galau dan selalu terhubung dengan media sosial.
Sebagaimana pemuda Islam terdahulu. Mushab bin Umair sebagai negosiator ulung dikala usianya muda, atau Ali bin Abi Thalib yang ukuran pedangnya lebih tinggi dari badannya tapi mau ikut berperang.
Saat usia kita muda, segala hal bisa kita tempuh. Bahkan bak mentari pagi yang memberi harapan untuk melewati hari. Berikut kutipan ustatdz Budi Ashari yang menceritakan pemuda zaman Nabi.
Dahulu anak muda Islam memiliki cita-cita yang tinggi, sebagai anak muda jangan mau mati kerdil. Anak muda zaman nabi itu matinya mati besar. Kemudian yang mendukung dakwah rasul adalah banyak dari kalangan pemuda sedang tetuanya malah memusuhi beliau. Muhammad al-fatih menaklukkan Konstatinopel saat usianya muda setelah takluk beliau wafat, Sholahuddin pun begitu membebaskan Yerussalem. Saat usianya masih muda, ini kok cuma nggak dapat kerjaan galau update status di Facebook umatnya Nabi Muhammad itu harus mati besar jangan mati kerdil.
Mati kerdil sebagai kata kiasan untuk pemuda galau tanpa arah tujuan. Alasan-alasan receh yang tiada guna menyelimuti anak milenial saat ini. Tujuan hidup kitalah yang menentukan bagaimana cara mati kita. Sebagai anak muda tenaga besar yang kita miliki haruslah bermakna dalam hidup, supaya tidak menyesal. Nanti ada tujuh golongan yang Allah beri naungan ketika tiada lagi naungan selain NaunganNya salah satunya ialah pemuda yanag terpaut hatinya dengan agamanya.
Pengirim: Istiqomah Isti, pegiat literasi