REPUBLIKA.CO.ID, Bukankah dasar negara kita berlandaskan keadilan? Lantas, apakah adil membiarkan karhutla terus-menerus terjadi berpuluh tahun lamanya? Kami yang sekarat sebelum kematian disiksa dengan debu yang betebaran di langit angkasa.
Semua itu dikorbankan demi segenggam harta yang diincar korporasi dan elite negeri. Jika melihat total area yang terbakar, mustahil hanya menyalahkan masyarakat lokal. Namun, inilah yang terjadi. Elite negeri tutup mata dan tak peka.
Lagi-lagi masyarakat lokal sajalah yang disalahkan. Padahal, jumlah peladang dari masyarakat lokal saja terus turun. Luas lahan maksimal yang dapat digarap hanya setengah sampai satu hektare. Tak mungkin mereka mau repot membakar hingga ratusan ribu hektare.
Karhutla tak akan pernah terhenti selama perizinan mengelola hutan terus diberikan kepada korporasi besar. Sudah saatnya pengelolaan hutan skala besar hanya dipegang negara. Dengan begitu, keadilan yang diimpikan pun terwujud di tengah kehidupan.
PENGIRIM: Dessy Purbandari, Alumnus FT UGM, korban karhutla Kalbar