Sebanyak 2000 siswa SMA/SMK di Jawa Barat mendapat pelatihan antiradikalisme, di Bumi Perkemahan Mandalawangi, Cianjur, Jawa Barat (Jabar). Mereka dikumpulkan untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan dengan sesama warga. Dikutip dari CNN Indonesia, kegiatan ini digelar untuk menumbuhkan jiwa Pancasila pada pelajar.
Kampanye antiradikalisme yang digagas pemerintah harus dipertegas kemana arahnya. Positif jika itu untuk menghalau semua yang berkaitan dengan perpecahan bangsa, seperti munculnya gerakan separatisme di Papua yang sudah jelas mengancam banyak jiwa. Selain itu perlu diapresiasi jika memang menggiring ke arah anti imperialisme dan penjarahan sumber daya alam yang selama ini sedang gencar menimpa Ibu Pertiwi.
Namun sayangnya ada opini terselubung yang dikemas apik dalam narasi antiradikalisme ini. Kemudian identifikasi dan klaim sepihak yang dibuat seolah mengacu kepada bahwasanya radikalisme identik dengan Islam. Berbagai narasi apik yang dibuat seolah menguap begitu saja karena ujung-ujungnya masyarakat disuguhi sajian klasik seperti teror bom, pelaku berjanggut, serta mengarah kepada pemahaman tertentu dalam Islam, seperti jihad dan Khilafah.
Potensi para pelajar yang begitu besar, selayaknya mereka dibina dengan baik untuk dapat mencapai prestasi dengan tetap memegang nilai agama. Keimanan yang kuat akan mendorong para pelajar terjaga dari berbagai ekses yang berbahaya seperti narkoba dan pergaulan bebas.
Oleh karena itu, kegiatan pelatihan seperti yang dilakukan Gubernur Jawa barat ini alangkah baiknya jika diarahkan untuk memotivasi para pelajar agar bisa melangkah menjadi muslim yang cerdas,dan taat.
Pengirim: Ummu Azka dari Serang Banten, Pendidik