REPUBLIKA.CO.ID, Ya…bukan karena Ramadhan, lalu Allah SWT mengampuni dosa, kesalahan dan khilaf para hamba-Nya. Sering kita memberi perspektif sederhana terkait ampunan di bulan suci. Seakan-akan di luar bulan itu, pintu ampunan Allah tertutup sebagian dan terbuka sebagian lainnya. Padahal Allah bersifat Mahapengampun. Ampunan-Nya disiapkan untuk siapa saja yang memintanya. Secara maknawi ampunan Allah datang tanpa “tergantung.”
Allah memberi, menganugerahi, mengaruniai apa saja kepada siapa saja tanpa tergantung kepada siapa dan kepada apapun. Allah menguasai segala kewenangan karena Dia Penguasa Semesta dan seisinya. Ampunan, kasih dan sayang-Nya kadang jatuh pada orang yang nyaris sepanjang hidupnya berisi kemaksiatan. Sering dalam beberapa riwayat kita baca, amarah-Nya justeru jatuh pada orang yang dalam pandangan kita akan mendapat surga.
Sekali-kali mari kita gunakan perspektif terbalik mengenai ampunan Allah. Bagaimana kalau kita memberi makna lain dengan merenung ; bukankah jika Dia berkenan dan berkehendak, ampunan-Nya akan turun untuk siapa saja ? Jadi, karena di bulan Ramadhan Allah menyiapkan beragam kebaikan, maka semua hamba-Nya berharap agar dapat bertemu dengan bulan itu. Bagaimana caranya agar kita dapat bertemu Ramadhan ?
Dalam beberapa jam ke depan, Ramadhan akan datang. Ia datang seperti biasanya. Ia membawa kabar gembira. Berlimpah janji-janji kebaikan. Berlipat-lipat pahala disiapkan. Bahkan di bulan itu, terdapat satu malam yang kebaikannya lebih baik dari seribu bulan—khairun min alfi syahrin. Kebaikan seribu bulan itu, melampaui hitungan usia rata-rata ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi memberi kiat khusus kepada ummatnya di bulan ini.
Tapi yang utama adalah bagaimana agar kita dapat bertemu Ramadhan? Kebaikan Allah SWT, demikian ajaran Islam yang dapat kita pahami, biasanya datang setelah ampunan dari Allah. Karena Ramadhan merupakan lumbung yang setiap tahun dibuka pintunya, maka orang-orang yang berharap dapat mengetam kebaikan, mesti memiliki tiket. Tiket itu adalah ampunan dari Allah kepada kita. Tanpa ampunan, kita tak akan bisa memasukinya.
Masih tersisa satu hari. Inilah hari terakhir bulan Sya’ban. Bulan “milik” Rasulullah, seperti sabda-Nya ; “Rajab shayrulLah, Sya’ban syahri wa Ramadhan syahru Ummati—Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan milik ummat.” Mari memperbanyak amal kabajikan agar kita memeroleh ampunan Allah. Amal saleh dalam segala makna dan bentuknya. Amal ritual dan amal sosial. Dua-duanya tanpa dipisahkan.
Bukan rajin berdzikir tetapi rajin pula menyakiti hati tetanga. Bukan rajin salat tapi rajin juga makan riba. Bukan rajin khatam quran tapi rajin juga main timbangan. Sebab, demikian keyakinan kita, kalau Allah mengampuni, maka kita akan bertemu Ramadhan. Hanya mereka yang memeroleh ampunan-Nya sajalah yang akan bisa bertemu bulan yang selalu dirindukan ini. Tentu dalam sebuah pertemuan yang sangat membahagiakan.
Sebab, ada sebuah pertemuan yang akhirnya berujung nestapa. Ada pertemuan yang sering berakhir sesal. Pertemuan dengan Ramadhan tidak seharusnya berakhir demikian. Agar kita benar-benar dapat memeroleh keberkahan, maka sebaiknya kita tidak mengabaikan pesan dan ajaran Rasulullah. Melalui riyawat yang agak panjang, Ibnu Khuzaimah melaporkan pidato Nabi menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Inilah petikan pidato yang sangat menyentuh itu. “Wahai manusia ! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA.”
“Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat.”
“Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.”
Rasul masih melanjutkan dengan kata-kata yang penuh gairah agar kita rajin beribadah. “Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih ; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.”
“Wahai manusia ! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah ! Allah bersumpah dengan segala kebesaran-Nya ; Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.”
Allah mengancam dengan kecelakaan bagi mereka yang berada di tengah-tengah bulan ini tetapi tak mendapatkan ampunan. Ampunan Allah adalah kunci kebahagiaan kita dalam kehidupan dunia dan akhirat. Hanya dengan ampunan, Allah akan ridha kepada kita. Dia akan “halalkan” dosa, khilaf dan salah kita. Kapan ? Kalau kita bertobat, mengakui dosa dan mengimani kekuasaan-Nya. Semoga kita bertemu Ramadhan dalam taufiq Allah. Wallaahu A’lamu Bishshowaab.