REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dengan untaian doa, bunga, dan bendera yang terbungkus pita hitam, rakyat Jepang mengucapkan selamat tinggal kepada mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, Selasa (12/7/2022). Abe meninggal dunia dalam sebuah penembakan ketika sedang berkampanye untuk pemilihan parlemen di Kota Nara pekan lalu.
Prosesi pemakaman Abe dijaga ketat oleh polisi. Para pelayat pria mengenakan jas hitam dan dasi hitam. Sementara pelayat wanita mengenakan gaun hitam dan kalung mutiara. Mereka memasuki Kuil Zojoji di pusat kota Tokyo untuk upacara pemakaman pribadi.
Para warga berbaris di sepanjang trotoar di sekitar kuil. Di bawah langit kelabu di musim panas yang menyengat, seorang wanita tampak memegang bunga untuk melepas kepergian Abe. Sejak pagi hari antrean panjang orang berpakaian hitam, bercampur dengan orang lain dalam pakaian informal dengan ransel di luar kuil.
Ratusan orang telah masuk ke kuil pada Senin (11/7/2022) malam untuk memberi penghormatan kepada Abe, yang meninggal dalam usia 67 tahun. Upacara pemakaman dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat, serta tertutup untuk media. Tamu yang menghadiri pemakaman juga terbatas pada keluarga dan teman dekat.
Setelah upacara, mobil jenazah akan membawa jasad Abe ke Aula Pemakaman Kirigaya untuk dikremasi. Iringan mobil jenazah akan membelah wilayah jantung politik di Ibu Kota Nagatcho, melewati landmark gedung parlemen, kantor perdana menteri, dan markas Partai Demokrat Liberal (LDP) sebelum tiba di aula. Di kantor perdana menteri Jepang, para staf akan berdiri di luar untuk memberikan penghormatan terakhir kepada politisi LDP tersebut.
Seorang pelayat yang berprofesi sebagai guru, Keiko Noumi (58 tahun) turut hadir ke kuil untuk berdoa dan menaruh bunga di depan foto Abe yang berukuran besar dan dipasang di dalam pekarangan kuil. Dalam foto yang dipajang, Abe mengenakan kemeja putih sederhana dengan pose tangan di pinggul dan tertawa.
"Ada rasa aman ketika dia menjadi perdana menteri yang bertanggung jawab atas negara. Saya sangat mendukungnya, jadi ini (kematian Abe) sangat disayangkan," ujar Noumi.
Pelayat lainnya tampak mengantre di depan markas Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa untuk membuat penghormatan di kuil darurat. Beberapa staf menawarkan teh jelai dingin kepada pelayat yang berkeringat di tengah udara terik.