REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti mengatakan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sudah pernah diusulkan mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian tiga tahun lalu.
Mu'ti mengatakan banyak sekali pihak yang mengusulkan agar Muhammadiyah dan NU mendapat Nobel Perdamaian. Mulai dari para guru besar, menteri, organisasi perdamaian, anggota parlemen, mantan penerima hadiah Nobel, dan lain-lain.
"Akan tetapi, usulan tiga tahun lalu (agar Muhammadiyah dan NU mendapat Nobel Perdamaian) belum berhasil," kata Mu'ti kepada Republika, Jumat (22/7/2022).
Ia menyampaikan, Muhammadiyah dan NU sudah membentuk tim bersama atau tim gabungan. Tim ini didampingi oleh The Center for Strategic and International Studies (CSIS), KBRI Norwegia, dan pihak-pihak lainnya.
Ia menambahkan usulan hadiah Nobel satu paket untuk Muhammadiyah dan NU, jadi bukan sendiri-sendiri. Ini memang menjadi tantangan tersendiri dalam pengusulan maupun penilaian. Sebab materi yang dipersiapkan sangat banyak, sementara bidang gerak Muhammadiyah dan NU sangat besar.
Di tempat lain, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Prof Kamaruddin Amin mendukung NU dan Muhammadiyah mendapatkan Nobel Perdamaian.
Menurut Kamaruddin, Indonesia dikenal sebagai negara bangsa yang memiliki stabilitas sosial politik di tengah tingkat keragaman atau pluralitas yang sangat tinggi. Itu tidak lepas dari kontribusi NU Muhammadiyah, tentu juga dengan ormas yang lain.
"Kontribusi NU dan Muhammadiyah dalam mewujudkan harmoni sosial di Indonesia sangat fundamental, menurut saya, NU dan Muhammadiyah layak mendapatkan Nobel itu," ujarnya.