Senin 01 Aug 2022 11:43 WIB

Pengusaha Binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta Hasilkan Omzet Jutaan

Anggota paguyuban Warung Beres binaan Dompet Dhuafa dapat omzet Rp 800 ribu perhari

Rep: Rossi Handayani/ Red: Gita Amanda
Tim Dompet Dhuafa (DD) melakukan survei ke salah satu penerima manfaat dari Paguyuban Warung Beres Binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta. Penerima Manfaat tersebut merupakan pemilik warung Mi ayam Cakruk, Gito. (ilustrasi)
Foto: dok. Dompet Dhuafa
Tim Dompet Dhuafa (DD) melakukan survei ke salah satu penerima manfaat dari Paguyuban Warung Beres Binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta. Penerima Manfaat tersebut merupakan pemilik warung Mi ayam Cakruk, Gito. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Dompet Dhuafa (DD) melakukan survei ke salah satu penerima manfaat dari Paguyuban Warung Beres Binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta. Penerima Manfaat tersebut merupakan pemilik warung Mi ayam Cakruk, Gito.

Usaha tersebut kini telah sukses berkembang dan memiliki cabang lain. Berawal dari penjualan seadanya dan penghasilan yang tak seberapa. Saat ini warung beliau menjadi pusat percontohan dalam mengembangkan usaha.

Baca Juga

"Menjual satu kilogram mi ayam terasa begitu sulit saat itu bagi saya. Bahkan untuk sekadar membeli susu untuk anaknya yang masih balita saat itupun harus berjualan dari pagi buta hingga tengah malam, dan hanya menghasilkan uang sebesar enam ribu rupiah. Pilunya lagi saat berjualan di cakruk saat itu, saya tertabrak mobil yang mengalami rem blong. Nasib pilu tak berhenti sampai situ, dalam berjalanya waktu saya berjualan sempat terlilit hutang dengan beberapa rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya," kata  Gito, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.

Bermula pada 2015 Gito mendapat tawaran untuk mengikuti pembinaan dari dompet dhuafa. Pembinaan tersebut terwadahi dalam paguyuban yang dinamai dengan Paguyuban Warung Beres. Paguyuban ini di inisiasi oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta bersama PSPG UGM dan STIM YKPN.

Adapun Warung Beres merupakan salah satu program pemberdayaan Dompet Dhuafa Yogyakarta. Paguyuban ini diinisiasi dari dana zakat yang disalurkan dalam bentuk pemberian modal dan juga pelatihan serta pendampingan pada para dhuafa. Paguyuban ini bertujuan penyaluran zakat tidak hanya membantu kebutuhan para dhuafa saat itu.

Awal terbentuknya program ini berawal dari penyaluran dana zakat. Visi dari Penyaluran Dompet Dhuafa tidak hanya sekedar membantu, namun bagaimana bantuan tersebut dapat menumbuhkan dan memandirikan perekonomian asnaf yang terbantu. Penyaluran zakat di Dompet Dhuafa tidak hanya berupa bantuan sembako atau bantuan dalam bentuk uang tunai dan selesai. Namun Dompet Dhuafa juga membersamai penyaluran tersebut dengan pendampingan dan pembinaan sampai penerima manfaat mencapai kategori mandiri.

Gito merupakan salah satu peserta Paguyuban Warung Beres binaan Dompet Dhuafa. Beliau merupakan salah satu penjual mie ayam yang tergabung dalam paguyuban tersebut. Awalnya beliau belum memiliki kios, hanya sekedar menumpang tempat jualan di fasilitas umum masyarakat yaitu poskamling atau orang jawa sering sebut dengan nama 'cakruk'. Sehingga gito menamai jualannya sebagai mie ayam cakruk.

"Setelah terlilit hutang tersebut meskipun bekerja begitu giat, saya merasa tak memiliki hasil sama sekali. Hingga akhirnya saya bertemu dengan salah satu amil DD Jogja di tahun 2015 untuk ikut bergabung di Paguyuban Warung Beres. Saya mengikuti berbagai pembinaan dan arahan dari pembina," kata Gito.

"Hingga lambat laun atas pendampingan dan dukungan dari DD, sayapun berinisiatif untuk menyewa kios. Karena keterbatasan modal juga, beliau mencoba untuk sewa jangka pendek bulanan terlebih dahulu. Pada satu bulan percobaan, dengan menerapkan semua bimbingan yang pernah DD berikan, saya mampu menjual delapan kilogram mie ayam dalam sehari. Pada percobaan bulan bulan berikutnya saya mampu menjual 15 Kilogram Mie ayam dalam seharinya," lanjut Pak Gito.

Karena terbilang cukup berhasil dalam percobaan. Pada akhirnya dia mengembangkan usahanya tak hanya pada menu mi ayam, akan tetapi juga pada menu bakso. "Alhamdulillah, pada menu tersebutpun juga cukup sukses. Hingga saat ini beliau dapat menjual lebih kurang lebih 18 kilogram bakso, dan 14 kilogram mi ayam serta memiliki omzet bersih rata rata Rp 800 ribu dalam sehari", ujar Pak Gito.

Di samping itu, Gito juga menceritakan awalnya dari berjualan seorang diri dengan penuh peluh dan perjuangan, kini saya telah berhasil merekrut empat karyawan. Tak hanya itu, dengan penghasilan yang lebih dari cukup tersebut, dia masih sangat aktif sebagai anggota Paguyuban Warung Beres. Bahkan beliau jugalah yang mendorong teman lainya untuk menerapkan semua anjuran dan bimbingan dari setiap pendampingan dari Dompet Dhuafa.

"Saya mengucapkan terimakasih kepada Dompet Dhuafa atas pendampingan dan bimbinganya selama ini hingga bisa seperti saat ini. Harapan saya program-program seperti ini tetap terus dapat dijalankan dan dikembangkan. Sehingga semakin luas manfaat yang akan dirasakan oleh saudara-saudara lain yang mungkin memiliki nasib sama seperti saya dulu sebelum mandiri," kata Gito.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement