REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia (PTFI) melanjutkan pembangunan pabrik pemurnian di Gresik. Saat ini progres pembangunan smelter tersebut mencapai 34,9 persen.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan, PTFI sedang melakukan pembangunan pailing (pondasi tiang pancang). Ia menjelaskan sudah ada 11 ribu pailing yang terpasang dari total 16 ribu pailing yang harus terpasang. Selain itu, perusahaan juga sudah membangun kongkret pouring mencapai 20 ribu meter kubik.
"Pembangunan saat ini sudah cukup bagus, dan melebihi dari yang telah ditargetkan awal, yaitu 34,3 persen," ujar Tony, Senin (1/8/2022).
Tony mengatakan, aktivitas pembangunan hingga kini terus dilakukan secara intensif, dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang fokus pemadatan lahan, serta dibantu Adhi Karya, serta beberapa kontraktor lokal lainnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mentargetkan pada akhir tahun nanti progres pembangunan smelter ini bisa mencapai 50 persen. Harapannya, smelter eksisting setidaknya bisa beroperasi optimal.
"Dari yang terukur, progres (pembangunan) lebih cepat dari yang ditargetkan. Sudah mencapai 34,9 persen di akhir bulan Juni 2022, dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari 1,15 miliar dolar AS," ujar Arifin.
Guna mendukung pembangunan smelter tersebut dilakukan rekrutmen pekerja konstruksi sebanyak 3.500 orang, yang terdiri dari 98 persen tenaga kerja Indonesia, 50 persen di antaranya tenaga kerja lokal Jawa Timur. Hal ini diharapkan untuk menjaga akselerasi progres tersebut sedini mungkin. "Proyek pembangunan harus tetap on progress. Untuk itu, kebutuhan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan," ungkap Arifin.
Kementerian ESDM mengapresiasi upaya PTFI serius menggarap proyek smelter tersebut. "Secara keseluruhan saya puas. Progresnya cukup bagus, sangat berbeda dengan kunjungan pertama kali lalu," jelasnya.
Dalam pembangunan smelter terdapat ekspansi kapasitas pada smelter eksisting sebesar 0,3 juta dmt/tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton/tahun. PTFI sendiri menyiapkan investasi pada belanja modal (capital expenditure) sebesar 3 miliar dolar AS untuk proyek pembangunan smelter tersebut.
Arifin menekankan, pemerintah akan terus mendorong percepatan pembangunan, salah satu upayanya adalah dengan adanya pengaturan mengenai pertambangan, serta regulasi mengenai keharusan hilirisasi. "Kita ada pengaturan pertambangan dan regulasi hilirisasi, kita jaga proses itu," tegas Arifin.