Selasa 09 Aug 2022 09:06 WIB

Wanita Lebih Rentan Kena Strok Dibandingkan Pria, Ini Alasannya

Gejala utama strok di antaranya wajah 'jatuh' di satu sisi dan mati rasa.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita dinilai lebih rentan terkena strok. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Wanita dinilai lebih rentan terkena strok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan kesehatan di Inggris, Stroke Association, menyebutkan lebih banyak wanita dibandingkan pria yang menderita strok. Wanita juga lebih mungkin meninggal karena strok. 

Ada sejumlah alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya hidup lebih lama, memiliki tekanan darah tinggi, dan gaya hidup. Namun, strok pada wanita juga dapat dikaitkan dengan kontrasepsi dan kehamilan.

Baca Juga

“Lebih banyak wanita mengalami strok dibandingkan pria, dan penting untuk dicatat bahwa wanita yang sedang hamil atau menggunakan pil kontrasepsi kombinasi memiliki peningkatan risiko strok,” kata manager terdaftar dan salah satu pendiri The Independent Pharmacy, Scott McDougall, dilansir Express, Selasa (9/8).

Menurut dia, alasan tinjauan kontrasepsi rutin untuk wanita yang menggunakan pil dan melakukan antenatal rutin untuk wanita hamil itu sangat penting. "Ini memungkinkan dokter Anda untuk memantau setiap perubahan tekanan darah dan memastikan tubuh Anda diatur dengan benar,” ujar McDougall.

Ada berbagai jenis kontrasepsi yang digunakan wanita yang membawa risiko sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Stroke Association. Pertama, pil kontrasepsi oral kombinasi dan patch kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progestogen. Perawatan ini, termasuk estrogen dapat meningkatkan risiko masalah serius seperti strok, serangan jantung, dan pembekuan darah. Jadi, jika memiliki salah satu faktor risiko strok, seperti tekanan darah tinggi atau merokok, maka Anda mungkin tidak dapat menggunakannya.

Kedua, pil kontrasepsi khusus progestogen tidak mengandung estrogen, atau hormon dalam pil kombinasi yang dapat meningkatkan risiko strok. Perawatan hanya progestogen tidak mungkin meningkatkan risiko strok, tetapi mungkin tidak cocok jika Anda pernah mengalami strok atau penyakit jantung sebelumnya.

Ketiga, injeksi dan implan kontrasepsi ini juga hanya menggunakan progestogen dan, seperti pil, tidak mungkin meningkatkan risiko strok. Namun, Anda mungkin tidak dapat menggunakannya jika pernah mengalami pembekuan darah, diabetes dengan komplikasi, strok, atau penyakit jantung sebelumnya.

Keempat, sistem intrauterin (IUS) yaitu perangkat plastik berbentuk T yang ditempatkan di rahim dan melepaskan sejumlah kecil progestogen ke dalam rahim. Ini mungkin tidak cocok jika memiliki riwayat penyakit jantung serius atau strok.

Stroke Association mengatakan, meskipun keseluruhan risiko strok pada wanita yang lebih muda sangat rendah, tetapi kehamilan dan persalinan sedikit meningkatkan risiko strok. “Strok masih sangat jarang terjadi pada wanita hamil, tetapi Anda dapat membantu kehamilan yang sehat dengan menghadiri semua janji (temu dokter) sebelum dan sesudah melahirkan,” kata badan tersebut.

Mereka menjelaskan, salah satu alasan risiko yang lebih tinggi adalah kehamilan membuat darah menjadi lebih “lengket” dan cenderung membentuk gumpalan. Hal ini mungkin merupakan cara tubuh melindungi Anda dari pendarahan saat melahirkan. Tekanan darah Anda mungkin naik sehingga Anda harus mengukur tekanan darah pada janji antenatal untuk melihat tanda-tanda pre-eklampsia.

Ada dua jenis utama strok. Salah satunya dikenal sebagai strok iskemik yang terjadi ketika suplai darah dihentikan karena bekuan darah dan menyumbang sekitar 85 persen dari semua kasus. Serangan iskemik transien (TIA) atau strok ringan terjadi ketika suplai darah ke otak untuk sementara terganggu. Gejala utama strok di antaranya wajah “jatuh” di satu sisi, kelemahan atau mati rasa di satu tangan, serta bicara kacau atau kesulitan memahami.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement