Selasa 09 Aug 2022 18:04 WIB

BSI Right Issue Kuartal III 2022, Layak Koleksi? 

Kinerja secara fundamental apik dapat jadi pertimbangan layak koleksi saham BRIS.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Staff BSI menjelaskan Program Hujan Emas BSI 2022 kepada masyarakat di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta. Saham baru dalam right issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) disebut layak koleksi. Pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai kinerjanya secara fundamental apik dan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.
Foto: Republika/Edwin Putranto
Staff BSI menjelaskan Program Hujan Emas BSI 2022 kepada masyarakat di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta. Saham baru dalam right issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) disebut layak koleksi. Pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai kinerjanya secara fundamental apik dan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham baru dalam right issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) disebut layak koleksi. Pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai kinerjanya secara fundamental apik dan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.

"Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat," katanya dalam keterangan pers, Selasa (9/8).

BSI disebut membukukan pertumbuhan laba signifikan per Juni 2022. Mengutip dari paparan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI selaku pemegang saham mayoritas, BSI membukukan laba Rp 2,12 triliun atau naik lebih dari 40 persen secara tahunan.

Selain itu, penyaluran pembiayaan BSI juga naik 18,5 persen (yoy) menjadi Rp 191 triliun. Dengan demikian, kata Reza, harga saham baru akan menjadi menarik, karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (9/8), saham BRIS bertengger pada level Rp 1.580, setelah sebelumnya sempat terjun ke Rp 1.285 pada awal Juli 2022. Reza juga menambahkan pertimbangan lain adalah likuiditas saham di pasar.

"Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu," katanya.

Adapun likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut.

BSI dikabarkan akan melakukan rights issue pada kuartal III 2022. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan target dana yang akan diincar dalam rights issue BSI adalah sebesar Rp 5 triliun.

Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk memenuhi aturan free float dan ekspansi bisnis BSI. Adapun, batas minimal free float atau saham publik yang beredar sebesar 7,5 persen, sedangkan kepemilikan publik di BRIS 7,08 persen.

Dalam satu kesempatan, ia mengatakan bahwa ada sejumlah faktor pendorong di balik aksi korporasi BRIS.

BSI perlu memperluas jaringan, sehingga jangkauan bisnisnya lebih luas dan menjadi bank syariah yang universal.

"Menurutnya, BSI akan didorong meningkatkan pangsa pasar di perbankan syariah dari tujuh persen menjadi setidaknya 10 persen," katanya.

Lebih lanjut, Kartika menjelaskan bahwa penerbitan saham baru itu juga tidak lepas dari upaya mewujudkan visi BSI menjadi Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. Menurutnya, BSI akan menjadi instrumen utama bagi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement