Senin 29 Aug 2022 12:06 WIB

Pemuka Agama dan Aktivis Serbia Menentang Penyelenggaraan Parade LGBT

Pemuka agama, aktivis sayap kanan, dan ribuan orang menentang parade LGBT

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Parade kelompok LGBT di Eropa
Foto: EPA/KATIA CHRISTODOULOU
Parade kelompok LGBT di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Pemuka agama, aktivis sayap kanan, dan ribuan orang lainnya pada Ahad (28/8/2022) menggelar aksi protes untuk menentang penyelenggaraan parade LGBT internasional bertajuk EuroPride. Aksi protes digelar di Ibu Kota Serbia, meskipun pemerintah telah memutuskan untuk membatalkan atau menunda acara parade tersebut.

Aksi protes tersebut dipimpin oleh pendeta dari Gereja Ortodoks Serbia. Beberapa uskup mengatakan, acara EuroPride mengancam nilai-nilai keluarga tradisional dan harus dilarang.

"Selamatkan anak-anak dan keluarga kami," tulis salah satu spanduk yang dikibarkan oleh pengunjuk rasa pada Ahad. Beberapa pengunjuk rasa juga membawa salib.

Sementara orang lain yang bergabung dalam aksi protes tersebut meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung gerakan sayap kanan atau nasionalis.  Beberapa mengibarkan bendera Rusia, menunjukkan dukungan untuk Moskow yang merupakan sekutu tradisional Serbia. Pemerintah Beograd mencoba menyeimbangkan ambisinya untuk bergabung dengan Uni Eropa, serta mempertahankan hubungan dengan Rusia dan Cina.  

Beograd akan menjadi tuan rumah pawai EuroPride pada 17 September. Acara ini yang diadakan di kota Eropa yang berbeda setiap tahun. Pada Sabtu (27/8) Presiden Aleksandar Vucic menyatakan bahwa acara pawai EuroPride dibatalkan atau ditunda, dengan alasan keamanan. Salah satunya ancaman dari kelompok sayap kanan. Alasan lainnya yaitu terkait  perselisihan yang sedang berlangsung dengan Kosovo dan krisis energi.  

"Itu akan terjadi tetapi di lain waktu dan lebih bahagia," kata Vucic tentang acara EuroPride.

Seorang perwakilan PBB di Serbia mengkritik larangan Beograd terhadap EuroPride.  "Itu akan bertentangan dengan komitmen hak asasi manusia internasional Serbia," kata koordinator residen PBB di Serbia, Francoise Jacob.

Pemerintah Serbia telah melarang parade Gay Pride di masa lalu. Larangan ini menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia dan lainnya.  Beberapa pawai Gay Pride di awal 2000-an juga mendapat tentangan sengit dan dirusak oleh kekerasan.

Namun pawai Pride baru-baru ini di Serbia telah berlangsung dengan damai. Hal ini menjadi alasan mengapa penyelenggara EuroPride memilih Beograd sebagai tuan rumah pada 2022. Sebelumnya Kopenhagen menjadi tuan rumah EuroPride pada 2021.

Serbia adalah salah satu negara kandidat untuk bergabung dengan Uni Eropa. Tetapi untuk menjadi anggota, Serbia harus memenuhi tuntutan untuk meningkatkan supremasi hukum dan catatan hak asasi manusia dan minoritasnya. Termasuk harus membasmi kejahatan terorganisir dan korupsi serta memperbaiki hubungan dengan Kosovo.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement