REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Muamalat berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2023. Jika terlaksana, Peneliti Ekonomi Syariah INDEF Fauziah Rizki Yuniarti menilai, Bank Muamalat akan memiliki prospek yang positif ke depannya.
"Saham Muamalat mungkin masih akan menarik untuk para investor," kata Fauziah kepada Republika.co.id, Senin (29/8/2022).
Dengan strategi marketing dan penjualan yang baik, menurut Fauziah, Bank Muamalat memiliki potensi untuk menggaet setidaknya tiga tipe investor. Pertama, investor sentimental yang menghargai nilai sejarah bank Muamalat sebagai bank Syariah pertama di Indonesia.
Kedua, Bank Muamalat berpotensi menggaet investor yang menghargai nilai ESG dan percaya bank Syariah memiliki competitive advantage untuk nilai ESG. Ketiga, Bank Muamalat bisa menarik investor millenial dan genZ yang mengunggulkan transaksi pembelian saham yang cepat dan mudah.
Fauziah melihat Bank Muamalat masih mempunyai harapan untuk membaik ke depannya, terutama dengan adanya perubahaan struktur pemilik saham pada November 2021. Saat perpindahan kepemilikan itu seharusnya sudah ada proses presentasi Rencana Bisnis Bank (RBB) baru dari manajemen terkait langkah-langkah ke depannya ke investor yang baru.
"RBB tersebut diharapkan memiliki langkah strategis dan jelas perusahaan setidaknya 1, 5, 10 tahun ke depan," kata Fauziah.
Sejak pemegang saham pengendali dipegang oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Fauziah mengakui kinerja keuangan Bank Muamalat sejak itu memang belum ada perubahan berarti karena waktunya masih begitu sempit. Meski demikian, dapat terlihat adanya perubahan strategi mengelola portfolio pembiayaan.
Sejak 2017, pembiayaan Bank Muamalat mengalami penurunan di tengah pertumbuhan pembiayaan industri semakin menaik. Fauziah memperkirakan hal tersebut disebabkan adanya perubahan strategi manajemen dalam mengelola portfolio pembiayaannya.
Selanjutnya, pembiayaan tidak lancar atau NPL gross Bank Mumalat dalam 10 tahun terakhir sangat tinggi yakni selalu di atas 3.80 persen. Namun pada 2021, level NPF gross Bank Muamalat bisa turun menjadi 0,67 persen dari sebelumnya 4,81 persen.
Secara ROA, Bank Muamalat juga menunjukkan pergerakkan yang tidak sejalan dengan pergerakkan industri. ROA ini menunjukkan kemampuan Bank dalam mengelola investasinya.
Dari sisi FDR, Bank Muamalat mampu menunjukkan pergerakan yang cukup sejalan dengan industri. Namun, sejalan dengan pergerakan pembiayaan dan NPF, Bank Muamalat juga memiliki perubahan FDR yang cukup signifikan di 2021 dan kuartal I 2022 yang mengkonfirmasi adanya perubahan strategi portfolio pembiayaan.