REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1182 M, Ibnu Jubair menjabat sebagai sekretaris di Istana Gubernur Granada, Andalusia. Suatu kali ketika Ibnu Jubair mendiktekan sebuah surat, pangeran memaksanya untuk minum tujuh cangkir anggur. Dengan terpaksa, dia pun menenggak minuman haram tersebut.
Namun, sang pangeran akhirnya menyesali perbuatannya dan kemudian memberikan tujuh cangkir dinar emas kepada Ibnu Jubair. Sementara, Ibnu Jubair yang masih merasa berdosa karena telah menenggaknya, memutuskan untuk melakukan ziarah panjang ke Tanah Suci sekaligus menunaikan rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji. Dia melakukan perjalanan itu selama dua tahun dan memberikan dampak yang besar pada sejarah sastra.
Saat itu, banyak umat Islam yang tergerak melakukan perjalanan panjang dari Andalusia dan dari negeri Maghribi. Mereka melakukan perjalanan jauh ke Tanah Suci. Ibnu Jubair mengungkapkan alasan banyaknya umat Islam yang mau melakukan perjalanan panjang dan penuh bahaya saat itu.
"Bagi umat Muslim, ritual ziarah adalah sesuatu yang luhur," tulis Ibnu Jubair dalam catatan perjalanannya.
Untuk melihat semua tempat bersejarah dan monumen di Makkah saat itu membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan. Setelah menyelesaikan ibadah haji, seperti pada umumnya umat Islam diberi gelar haji.
Namun, Ibnu Jubair tidak hanya mendapatkan gelar terhormat itu, ia juga memperoleh status tambahan dengan memperoleh ijazah mengajar agama dari para ulama di Timur Tengah.