REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Importir buah dan sayuran PT Segar Kumala Indonesia Tbk. (BUAH) melakukan ekspansi dengan membuka kantor cabang dan cold storage baru di Kendari, Sulawesi Tenggara. Pembukaan cabang baru ini merupakan aksi korporasi pertama Perseroan setelah menjadi perusahaan publik.
"Dengan dibukanya cabang Kendari ini tentunya akan semakin memperkokoh dan mendekatkan kami dengan visi kami yaitu, memenuhi kebutuhan buah, sayur, dan unggas masyarakat di Tanah Air," kata Direktur Utama PT Segar Kumala Indonesia Tbk Renny Lauren, Jumat (16/9).
Renny menegaskan, pembangunan kantor cabang dan cold storage di Kendari juga tentunya akan semakin memperkuat posisi BUAH di Indonesia bagian timur sehingga dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat di pelosok timur Indonesia.
Dengan dibukannya cabang baru di Kendari ini, lanjut Renny, akan menambah kapasitas penyimpanan produk Perseroan sekitar 380 sampai 390 ton. Alhasil, total kapasitas cold storage Perseroan akan menjadi sekitar 2.320 ton saat ini.
"Kami sangat optimistis dengan pembukaan kantor dan cold storage di Kendari ini, dengan harapan kami dapat menjangkau Indonesia bagian timur lebih jauh lagi nantinya," ujarnya.
Renny memastikan ekspansi di sisa akhir tahun ini akan terus berlanjut dengan rencana dibukanya cabang baru di Palu dan Bangka pada akhir tahun ini. Secara keseluruhan, saat ini BUAH telah memiliki 11 kantor cabang dan cold storage di berbagai wilayah di Indonesia.
BUAH juga memiliki 3 jalur distribusi utama dalam menjalankan usahanya yang berpusat di kota besar, yakni Medan, Jakarta, dan Surabaya. Buah-buahan yang diimpor oleh Perseroan tiba di 3 pelabuhan utama tersebut untuk selanjutnya didistribusikan ke gudang penyimpanan cold storage BUAH yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Secara kinerja, hingga semester I/2022 lalu perseroan menyebut masih sesuai dengan target yang ditetapkan meski tak luput dari sejumlah gejolak faktor perekonomian saat ini. Menurut Renny meski belum dirilis secara resmi, laporan keuangan per Semester I/2022 diperkirakan masih mencatatkan kenaikan omset hingga 25 persen yoy.
Sayangnya, kenaikan omset juga harus diikuti kenaikan beban pokok pendapatan yang naik 34 persen dan beban emisi operasional hingga 40 persen dari tahun lalu. Adanya kenaikan beban pokok belum diimbangi dengan kenaikan harga produk saat ini karena mempeetimbangkan daya beli masyarakat.
"Akibatnya, laba bersih per Kuartal II/2022 kami proyeksi akan menyusut hingga 53 persen jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, kami masih optimis periode akhir tahun masih akan dapat mengejar target yang sudah kami tetapkan," ujar Renny.