REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan Australia tidak akan melarang wisatawan Rusia masuk negaranya. Australia diketahui memberlakukan sejumlah sanksi ke Rusia atas invasi ke Ukraina tetapi tidak melarang masuknya turis asal Rusia.
Meski begitu, sudah ratusan individu dan entitas Rusia yang mendapat sanksi dari Australia. Termasuk sektor perbankan dan semua organisasi yang bertanggung jawab pada utang negara itu.
Australia juga telah memasok peralatan pertahanan dan mengirimkan bantuan kemanusian ke Ukraina. Di saat yang sama, Australia melarang ekspor bijih alumina dan aluminium termasuk bauksit ke Rusia.
Saat ditanya apakah Australia juga akan melarang turis Rusia masuk. Marles menjawab sanksi-sanksi Australia ditunjukkan pada pemerintah Rusia "bukan rakyat Rusia itu sendiri."
"Saat ini kami tidak mempertimbangkan itu," kata Marles pada stasiun televisi ABC, Ahad (18/9/2022).
Marles menolak untuk mengungkapkan apakah Australia akan mengirimkan lebih banyak Busmaster dan kendaraan lapis baja lainnya ke Ukraina setelah Duta Besar Ukraina untuk Australia mengirimkan permintaan tersebut.
"Kami akan melihat bagaimana kami dapat menyediakan bantuan yang sedang berjalan," katanya.
Ia menegaskan Australia salah satu negara non-NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang memberikan bantuan terbanyak ke Ukraina. Marles mengatakan kesepakatan Australia dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris dalam membangun kapal selam berkekuatan nuklir masih "dalam jalur."
Pada Juni lalu Australia mencapai kesepakatan dengan membayar 555 juta euro ke perusahaan perkapalan Prancis Naval Group. Setelah membatalkan proyek kapal selam konvensional tahun 2021 karena Canberra memilih membentuk kerja sama dengan AS dan Inggris yang dikenal AUKUS.
"Kami yakin kami dapat mengumumkan bagian pertama kapal selam tahun depan," kata Marles sambil menambahkan penting untuk tidak melihat proses akuisisi kapal selam sebagai "kompetisi antara AS dan Inggris."
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook