Senin 19 Sep 2022 13:09 WIB

Jelang Musim Hujan, Lima Sungai di Bandung Dikeruk

Pemkot Bandung mengeruk sedimentasi di lima sungai menjelang musim hujan.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU) UPT Daerah Aliran Sungai (DAS) membersihkan kolam retensi dari sampah saat peresmian Kolam Retensi Bima, di Jalan Bima, Kota Bandung, Selasa (30/8). Keberadaan kolam retensi itu diharapkan dapat meminimalisasi dampak banjir di wilayah tersebut.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU) UPT Daerah Aliran Sungai (DAS) membersihkan kolam retensi dari sampah saat peresmian Kolam Retensi Bima, di Jalan Bima, Kota Bandung, Selasa (30/8). Keberadaan kolam retensi itu diharapkan dapat meminimalisasi dampak banjir di wilayah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSABM) melakukan pengerukan sedimen pada lima sub daerah aliran sungai (DAS) jelang musim hujan. Pengerukan sedimen dilakukan sejak bulan Agustus lalu.

"Sejak Agustus kemarin mulai melakukan pengerukan sedimen, ada lima sub das yang dikeruk. Pengerukan di drainase juga rutin dilakukan UPT," ujar Kabid Pengendalian Daya Rusak Air DSABM Dini Dianawati saat dikonfirmasi, Senin (19/9/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan selama enam bulan ke depan pihaknya bersama instansi di Pemkot Bandung akan bebenah Kota Bandung. Selain pengerukan, kegiatan lainnya yang dilakukan seperti membenahi trotoar dan drainase.

Dini mengatakan pihaknya juga melakukan antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan banjir. Beberapa waktu terdapat 10 titik wilayah yang mengalami banjir dan genangan.

"Kemarin pas cuaca ekstrem 10 September kita mendata ada 10 titik genangan ketinggian 30 sentimeter dan relatif penanganannya cepat," katanya.

Dini mengatakan pihaknya pada tahun 2023 akan mendirikan rumah pompa untuk meminimalisasi banjir di bawah tol Jalan Cibaduyut. Selain itu pihaknya telah membuat beberapa sumur imbuhan di area tersebut dan akan menambah satu lainnya.

"Kota Bandung sudah membuat sumur imbuhan di sana tapi penyempitan saluran di Kabupaten (Bandung) belum ada solusi," katanya.

Sedangkan penanganan banjir di Jalan Kopo Citarip, pihaknya mengatakan banjir terjadi di kawasan pemukiman dan merembet ke jalan. Ia mengatakan drainae pada pemukiman kecil dan di atasnya dibanhun rumah.

"Nah itu belum menemukan solusi besar, untuk jangka pendek rumah pompa yang pompanya speknya pompa lumpur," ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem berpotensi akan terjadi selama sepekan ke depan di Bandung Raya dan umumnya terjadi di Jawa Barat. Cuaca ekstrem akan berlangsung selama proses peralihan musim kemarau ke hujan.

Berdasarkan catatan BMKG, pada Senin (19/9/2022) cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kabupaten Bandung Barat dan sebagian kota di Jawa Barat. Pada Selasa (20/9/2022), potensi cuaca ekstrem tidak terdeteksi di Bandung Raya.

Pada Rabu (21/9/2022) hingga Sabtu (24/9/2022) cuaca ekstrem berpotensi terjadi di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung. Selain itu sebagian wilayah di Jabar lainnya.

"Ada beberapa wilayah seiring masuk dalam periode transisi yang berpotensi ada cuaca ekstrem," ujar prakirawan BMKG Bandung Muhammad Iid Mujtahidin saat dikonfirmasi, Ahad (18/9/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement