Rabu 21 Sep 2022 13:55 WIB

Profesor Azyumardi dan Islam Nusantara dalam Kenangan Wamenag

Wamenag pernah menjadi mahasiswa Azyumardi Azra.

Red: Muhammad Hafil
 Profesor Azyumardi dan Islam Nusantara Dalam Kenangan Wamenag. Foto: Keluarga dan kerabat saat menghadiri prosesi upacara pemakaman Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut meninggal dunia pada hari Ahad (18/9/2022) setelah menjalani perawatan di rumah sakit Serdang, Selangor Malaysia. Azyumardi Azra meninggal di usia 67 tahun. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Profesor Azyumardi dan Islam Nusantara Dalam Kenangan Wamenag. Foto: Keluarga dan kerabat saat menghadiri prosesi upacara pemakaman Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut meninggal dunia pada hari Ahad (18/9/2022) setelah menjalani perawatan di rumah sakit Serdang, Selangor Malaysia. Azyumardi Azra meninggal di usia 67 tahun. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan, bangsa Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya, seorang yang mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Yakni Profesor Azyumardi Azra tokoh intelektual Muslim paripurna yang memiliki reputasi mendunia, pemikirannya melewati batas dan sekat budaya, agama dan negara. Sehingga beliau bisa diterima oleh semua kalangan dan golongan.

"Saya bersyukur pernah menjadi mahasiswanya, setidaknya pernah mengikuti dua semester ketika mengambil program (S3) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat itu beliau menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Jakarta. Kesan saya sebagai mahasiswa, beliau orangnya sangat disiplin, tegas dan kritis, beliau juga memiliki kemampuan menganalisis masalah yang sangat tajam sehingga ketika kita tidak memiliki argumentasi yang kuat pasti dibuat kedodoran menjawab semua pertanyaannya," kata Kiai Zainut kepada Republika, Rabu (21/9/2022).

Baca Juga

Wamenag mengaku sangat menikmati cara dan gaya beliau mengajar, tenang, datar, dingin tetapi kritis dan inspiratif. Selain memiliki kedalaman ilmu, beliau juga memiliki perspektif yang sangat luas dalam melihat berbagai masalah. Beliau memiliki pemikiran yang sangat inklusif, moderat, seimbang dan selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Beliau tidak segan memberikan kritik kepada siapapun yang dinilai mengusik nilai-nilai kebenaran dan keadilan, hal tersebut tak lepas dari insting intelektualitasnya yang independen, kritis dan tajam.

Selain sebagai akademisi, Profesor Azyumardi juga seorang aktivis organisasi, beliau banyak berkecimpung di berbagai organisasi, seperti KAHMI, Muhammadiyah, ICMI, MUI dan masih banyak lagi organisasi lain yang beliau ikuti. Yang menarik meskipun beliau sebagai tokoh Muhammadiyah tetapi beliau sangat gigih membela NU ketika diserang tentang gagasan mengampanyekan Islam Nusantara.

"Profesor Azyumardi mengatakan Islam di Indonesia merupakan Islam yang khas yang memiliki karakter istimewa. Islam di Indonesia,  merupakan Islam yang sempurna yang sudah teruji oleh sejarah. Bagaimana Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai menggantikan agama besar sebelumnya yaitu Hindu dan Buddha," ujar Wamenag.

Wamenag menjelaskan, bahkan Profesor Azyumardi dengan cerdas memberikan definisi Islam Nusantara sebagai berikut. Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fiqih mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam (Islamic Legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global.

Menurut Kiai Zainut, hal tersebut meneguhkan prinsip independensi dan kemerdekaan beliau sebagai intelektual Muslim yang tidak terjebak pada egoisme kelompok yang sempit. Beliau bahkan dengan elegan menawarkan pemikiran baru tentang "Islam Nusantara yang Berkemajuan" sebagai sebuah perkawinan gagasan antara konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dan Islam Berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah menjadi role model untuk membangun peradaban Islam di dunia global.

Wameng mengatakan, selain di Muhammadiyah, Profesor Azyumardi juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagai cendekiawan Muslim, posisinya di MUI menjadi salah satu pilar penyangga MUI karena sering disebutkan bahwa MUI itu wadah berhimpun para ulama, zuama dan cendekiawan Muslim. Tiga pilar tersebut yaitu ulama mewakili masyarakat pesantren, zuama mewakili pemerintahan dan cendekiawan Muslim mewakili masyarakat akademisi. Jadi beliau mewakili para cendekiawan Muslim untuk memperkuat bangunan MUI dalam berkhidmat melayani umat, bangsa dan negara.

"Saya menjadi saksi selama Profesor Azyumardi aktif di MUI, beliau sangat gigih mengampanyekan Islam wasathiyah, Islam moderat dan Islam yang anti diskriminasi, perpecahan dan kekerasan," ujar Kiai Zainut.

Menurut Wamenag, Profesor Azyumardi menjadi ikon cendekiawan Muslim yang selalu menginspirasi dengan pandangan moderat tentang keislaman dan Keindonesiaan. Beliau bukan guru biasa, tetapi guru bangsa yang mencintai ilmu, peduli sosial, dan rendah hati.

"Bangsa Indonesia merasa kehilangan putra terbaiknya. Tokoh cendekiawan Muslim yang senyumnya khas dengan pembawaannya yang kalem dan sederhana itu kini telah meninggalkan kita, tetapi saya percaya jejak legasinya akan terus dikenang oleh anak bangsa sepanjang masa. Selamat Jalan Profesor Azyumardi semoga amal jariahmu mengalir terus dan menerangi jalan menuju tempat keabadianmu di sisi Sang Maha Pemilik segalanya," kata Wamenag.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement