Kamis 22 Sep 2022 15:30 WIB

Surplus Jagung tak Banyak, Kementan Pertimbangkan Ketat Ekspor Jagung

Kementan memperkirakan ekspor jagung pakan ternak berisiko ganggu stabilitas pasokan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani memanen jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak ayam di Desa Babakan Kondang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi jagung dalam negeri hingga November 2022 dalam kondisi aman. Surplus produksi diyakini tercapai namun tipis di atas rerata kebutuhan bulanan. Rencana ekspor jagung pakan ternak berisiko menganggu stabilitas pasokan domestik.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Petani memanen jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak ayam di Desa Babakan Kondang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi jagung dalam negeri hingga November 2022 dalam kondisi aman. Surplus produksi diyakini tercapai namun tipis di atas rerata kebutuhan bulanan. Rencana ekspor jagung pakan ternak berisiko menganggu stabilitas pasokan domestik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi jagung dalam negeri hingga November 2022 dalam kondisi aman. Surplus produksi diyakini tercapai namun tipis di atas rerata kebutuhan bulanan. Rencana ekspor jagung pakan ternak berisiko menganggu stabilitas pasokan domestik.

Pembukaan keran ekspor jagung pakan telah diputuskan dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kementerian Koordinator Perekonomian. Di mana, pemerintah mengizinkan ekspor jagung sebanyak 100 ribu ton untuk periode September-November 2022. Ekspor dapat dilakukan oleh swasta yang siap.

Direktur Serealia,  Kementerian Pertanian, Ismail Wahab, menjelaskan, rerata kebutuhan bulanan jagung pakan secara nasional sekitar 800 ribu ton. Sementara, kemampuan produksi jagung nasional sejak Agustus diproyeksi sedikit di atas kebutuhan nasional.

Secara rinci, produki jagung kadar air 14 persen pada Agustus diproyeksi sebesar 893.100 ribu ton, September 989.639 ton, Oktober 866.107 ton, dan November 872.682 ton. Angka produksi itu lebih rendah dari tren produksi periode Januari-Juli yang mencapai di atas 1 juta ton.