Jumat 23 Sep 2022 00:57 WIB

Kenaikan BI-Rate Bisa Tahan Pertumbuhan Ekonomi

Suku bunga acuan BI naik menjadi 4,25 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip menyebut kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akan mendorong perbankan untuk menahan laju penurunan suku bunga. Baik itu suku bunga simpanan maupun bunga kredit.

"Pertumbuhan kredit bank juga diperkirakan akan melambat, secara umum, pertumbuhan ekonomi memang akan lebih lambat," katanya pada Republika.co.id, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga

Kenaikan suku bunga acuan BI dan suku bunga perbankan diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga menurun seiring dengan tekanan inflasi yang meningkat.

Efek penurunan daya beli akibat kenaikan inflasi tersebut akan merata pengaruhnya terhadap seluruh kelompok masyarakat, khususnya menengah ke bawah. Namun demikian, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan sejumlah kompensasi melalui berbagai bantuan sosial.

"Sehingga hal tersebut akan menetralisir dampak inflasi terhadap daya beli mereka," katanya.

Kelompok menengah ke atas juga akan tergerus daya belinya, meski dinilai tidak sampai menyebabkan mereka kehilangan daya beli. Secara keseluruhan, masyarakat akan kembali lebih menahan konsumsi sehingga akan menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan pola sebelumnya, pemulihan pertumbuhan ekonomi ini akan memerlukan waktu sekitar dua kuartal. Sunarsip mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga acuan ini memang harus diambil.

"Bila tidak diambil, dikhawatirkan akan berdampak pada berlanjutnya pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah, meningkatkan dampak inflatoirnya sehingga justru akan menambah penurunan daya beli," katanya.

Menurutnya, Bank Indonesia tampak lebih memilih menjaga inflasi dan nilai tukar meskipun memang pertumbuhan ekonomi menjadi sedikit dikorbankan. Stabilitas sepertinya memang sekarang menjadi pilihan pertama, sedangkan pertumbuhan yang tinggi menjadi pilihan kedua.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement