Jembatan Sasak Jebol, Hingga Isu Jembatan Gantung
Rep: C02/ Red: Muhammad Fakhruddin
Antrian pengendara sepeda motor yang hendak melalui Jembatan Sasak. | Foto: Muhammad Noor Alfian
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Hasil peninjauan Jembatan Sasak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), Dinas Perhubungan, dan Kontraktor Jembatan Jurug B menghasilkan beberapa catatan. Khususnya soal konstruksi jembatan yang berkaitan dengan kestabilan jembatan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo, Taufik Muhammad mengatakan terkait upaya penstabilan jembatan dengan penambahan tong, rangka besi, hingga penambahan tali. Ia mengatakan bahwa hasil pemantauan akan dijadikan catatan kemudian dilaporkan ke DPUPR dan kontraktor (BUKAKA) perbaikan jembatan Jurug B.
"Kami sudah konsultasi dengan BUKAKA dan DPUPR untuk Jembatan Sasak ini. Ya hasilnya akan kami laporkan dulu, sementara kami minta pengelola untuk melakukan perkuatan-perkuatan secara mandiri. Yang jelas ini untuk sementara saja, saat Jembatan Mojo selesai kami minta dibongkar," kata Taufik, Jumat (30/9/2022).
Selain itu, Kabid Bina Marga DPUPR Kota Solo, Joko Supriyanto menyatakan bahwa jalur penyebrangan adalah titik penyebrangan jalur resmi. Hanya saja secara izin menurut Joko adalah penyeberangan menggunakan perahu.
"Pengelolanya ini merupakan pemenang lelang di Sukoharjo dengan izin penyeberangan perahu. Jadi izinnya bukan penyeberangan jembatan, tapi perahu," kata Joko.
Jembatan Gantung Sebagai Solusi Kembali Mencuat
Selain itu, Joko menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi keamanan penyeberangan mengingat Jembatan Sasak kerap dibangun saat debit air Sungai Bengawan surut. Pemkab Sukoharjo dan Pemkot Surakarta sebenarnya telah melakukan kajian pembangunan Jembatan Gantung yang menghubungkan Beton-Gadingan sejak lama. Hanya saja kajian sejak tiga tahun lalu itu tidak ada kelanjutannya.
"3 tahun lalu Pemkab Sukoharjo dan Pemkot Solo sebenarnya sudah berkolaborasi. Titik ini akan dibuat jembatan gantung sesuai dengan permohonan Pemkab Sukoharjo, Pemkot Solo juga sudah mengiyakan rencana ini. Prosesnya sudah mendekati final, tapi belum ada kelanjutan," kata Joko.
Kemudian DPUPR Solo dalam rangka koordinasi dengan dinas terkait perihal Jembatan Gantung akan dilakukan pengajuan ulang. Pasalnya lokasi ini jadi jalur alternatif bagi warga sekitar dengan intensitas perlintasan yang cukup tinggi.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Pemkab Sukoharjo, bisa tidak permohonan ini diulang lagi, mungkin permohonan dulu sudah expired jadi perlu diperbarui. Yang pasti ini titik resmi sejak 1987," terangnya.
Sementara itu, Jembatan Sasak di Kampung Ngepung - Desa Gadingan yang di usai hujan lebat putus, Kamis (29/9/2022). Jembatan putus akibat diterjang bambu yang hanyut dan sampah kayu yang terbawa aliran Bengawan Solo.
"Putusnya Kamis malam sekitar pukul 22.00 WIB karena kena barongan bambu dan sampah yang terbawa air. Waktu kejadian tidak ada yang melintas karena sejak hujan (sekitar pukul 19.00 WIB) akses jembatan sudah kami tutup. Hari ini kami perbaiki, paling cepat besok pagi baru bisa dipakai," kata Joko salah satu pengelola jembatan.
Selanjutnya, Joko mengatakan bahwa sebelumnya jembatan darurat itu tak kuat menahan arus sungai Bengawan Solo. Pasalnya, arus sungai membawa sampah dalam jumlah besar.
“Ini hujan pertama yang cukup besar, maka sudah jamak sampah yang mengendap selama musim kemarau, hanyut dan menekan jembatan. Dari dulu kejadian seperti ini sering terjadi, bahkan kadang operator sengaja memutus jembatan agar sampah lewat, nanti diperbaiki lagi,” pungkas Joko.