Rabu 05 Oct 2022 21:28 WIB

Wabah Kolera Kian Merebak di Suriah

Ini adalah wabah kolera besar pertama di Suriah dalam lebih dari satu dekade

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Seorang anak yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit. Wabah kolera di Suriah kian merebak. Ilustrasi.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit. Wabah kolera di Suriah kian merebak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Wabah kolera di Suriah kian merebak. Sejak ditemukan bulan lalu, Kementerian Kesehatan Suriah sudah mencatatkan 594 kasus terkonfirmasi dan 39 kematian.

“Situasinya (wabah kolera) berkembang secara mengkhawatirkan di provinsi-provinsi yang terkena dampak dan meluas ke daerah baru,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan, Selasa (4/10/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Sebagian besar korban meninggal akibat kolera berada di provinsi utara Aleppo. Belum begitu jelas apakah mereka tercakup dalam penghitungan kasus secara keseluruhan. Ini adalah wabah kolera besar pertama di Suriah dalam lebih dari satu dekade.

Penyakit yang sangat mematikan ini umumnya ditularkan dari makanan atau air yang terkontaminasi dan menyebabkan diare serta muntah. Menurut WHO, kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati. Banyak dari mereka yang terinfeksi tidak bergejala atau hanya merasakan gejala ringan.

Kolera dapat menyebar di daerah permukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan air limbah atau air minum utama. Banyak infrastruktur limbah dan air bersih di Suriah hancur akibat konflik sipil yang telah berlangsung selama sekitar 11 tahun. Menurut PBB, hampir dua pertiga dari instalasi pengolahan air, separuh dari stasiun pompa, dan sepertiga menara air telah rusak selama konflik di Suriah berlangsung.

Sumber wabah kolera terbaru diyakini berasal dari Sungai Efrat yang telah terkontaminasi polusi limbah. Berkurangnya aliran air karena kekeringan, kenaikan suhu, dan bendungan yang dibangun oleh Turki telah memperparah masalah pencemaran.

Menurut PBB, terlepas dari kontaminasi, lebih dari lima juta dari sekitar 18 juta orang Suriah bergantung pada Efrat untuk air minum mereka. Wabah kolera terbaru sangat mengkhawatirkan bagi kamp pengungsian yang penuh sesak yang memiliki sedikit akses ke air bersih dan produk sanitasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement