REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat pengadaan dan kedatangan fomepizol sebagai obat penanganan gangguanginjal akut anak yang melonjak beberapa bulan terakhir. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers selepas rapat terbatas dipimpin Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10/2022), menjelaskan, tujuh di antara 10 pasien yang menjalani uji coba kondisinya membaik setelah pengobatan dengan fomepizol.
"Jadi pasien itu biasanya ginjalnya terganggu dia enggak bisa kencing, enggak bisa keluar air seni, tapi begitu dikasih obat fomepizol mereka mulai keluar sedikit demi sedikit air seni, ada yang sudah mulai banyak, dan yang tadinya tidak sadar mulai sadar kembali," katanya.
Hasil uji coba tersebut mendorong keputusan pemerintah untuk berupaya mempercepat kedatangan pasokan fomepizol ke Indonesia. "Kita akan percepat kedatangannya di Indonesia sehingga 245 pasien yang masuk dan mungkin masih agak sedikit bertambah itu kita bisa obati dengan baik," ujarnya.
Ia mengatakan, Indonesia sejauh ini telah menerima 20 vial fomepizol dari Singapura dan dijadwalkan menerima 16 vial lagi dari Australia pada Senin malam ini atau Selasa (25/10) pagi. "Kita sedang proses untuk beli dari Amerika (Serikat, red.), mereka punya stok enggak terlampau banyak di sana. Kita juga sekarang sedang dalam proses untuk beli dari Jepang, mereka ada stok sekitar 2.000-an," ujar Budi Gunadi.
Bahkan, katanya, fomepizol diujicobakan awalnya setelah hasil diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan pemerintah Gambia. Sejumlah ahli farmakologi di Indonesia juga sudah melakukan riset terkait denganfomepizol yang hasilnya menyatakan obat tersebut memiliki tingkat efikasi paling tinggi.
Ia menjelaskan, fomepizol diberikan dengan proses satu vial per anak di tahap awal yang dilanjutkan empat kali pemberian sesudahnya. "Dan kita sudah lakukan tes, kalau itu diberikan dengan dosis seusai analisa teman-teman di RSCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, red.) itu perbaikan ginjalnya terasa," ujarnya.
Sebelumnya, Menkes Budi memaparkan hingga saat ini gangguan ginjal akut pada anak telah mencapai 245 kasus di 26 provinsi dengan tingkat kematian 141 korban atau 57,6 persen. Berdasarkan tiga tahapan konfirmasi pemerintah, dipastikan kasus gangguan ginjal akut pada anak tersebut disebabkan oleh kandungan zat kimia berbahaya pada obat-obatan sirop.