REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Satria menilai pengadaan rumah sakit khusus anak seperti disampaikan anggota Komisi Bidang Kesra Merry Hotma, sebagai usulan yang baik untuk dihadirkan di Jakarta.
"Saat ini fasilitas itu belum dimiliki Pemprov DKI. Ada usulan dari salah satu rekan kita, mungkin baiknya kita punya rumah sakit anak. Itu memang satu masukan yang baik karena selama ini kan begitu pas kita cari untuk anak-anak, PICU, MICU itu agak sulit. Mudah-mudahan nanti ada solusi yang terbaik," kata Iman Satria.
Komisi E DPRD DKI Jakarta sendiri sangat mendukung usulan rumah sakit anak tersebut agar Pemprov DKI tidak lagi hanya mengandalkan fasilitas kesehatan dari pemerintah pusat.
"Kita dukung, memang dari pada kita hanya mengandalkan satu rumah sakit Pemerintah Pusat (RSCM), apa salahnya kalau RSUD kita juga mempunyai rumah sehat yang khusus anak," ujarnya.
Terkait dengan anggaran untuk pembangunan rumah sakit anak, ia menyatakan DKI Jakarta masih memiliki dana yang cukup untuk itu. "Untuk dana, kenapa tidak? Kita banyak kok. Bisa untuk dapat melakukan itu," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengakui memang saat ini belum adanya RSUD khusus anak di Jakarta, lantaran perlu melalui beberapa tahap seperti perlu dilakukannya studi kelayakan lebih dulu.
"Kalau kita nanti membuat, tentu harus melakukan studi dulu seberapa besar kebutuhannya di DKI Jakarta. Kalau memang ternyata besar artinya, kita melihat tren angka kesakitan pada usia anak dibandingkan kecukupan RS dan kecukupan tempat tidur, ini menjadi sangat penting kami memutuskan sesuatu," kata Widyastuti.
Karenanya, kata Widyastuti, saat ini pihak Dinkes DKI melebarkan sayap dengan merintis rumah sakit dengan penguatan untuk anak hadir di tiga lokasi, yakni di RSUD Tebet, RSUD Koja dan RSKD Duren Sawit.
"Langkah awal adalah melebarkan, menambahkan kapasitas yang ada sambil nanti kami putuskan lebih jauh. Ya sebenarnya kami sudah mulai merintis dengan bahasanya bukan rumah sakit khusus anak tapi kita adalah rumah sakit dengan penguatan untuk anak. Pertama di rumah sehat untuk Tebet, kemudian kita rumah sakit Koja, dan rumah sakit Duren Sawit," ucapnya.
Sebelumnya, Widyastuti juga mengatakan 49 persen dari 90 pasien gagal ginjal akut anak di Jakarta meninggal, yang terhitung sejak Januari 2022 sampai Oktober 2022.
"Saya sampaikan dari Januari dari 90 yang tercatat, 49 persen meninggal, kemudian sedang dirawat saat ini 26 orang anak, kemudian yang sembuh (survive) 15 anak," ucap dia.
Persebaran kasus gagal ginjal akut ini, kata dia, tidak semua pasien berdomisili di DKI Jakarta, dengan rincian 56 persen pasien berdomisili DKI, 20 persen di Jawa Barat, 12 persen di Banten, serta 15 persen lainnya di luar Jabodetabek.