Rabu 26 Oct 2022 14:33 WIB

Islam Wasathiyyah Memerangi Ekstremisme

Islam adalah agama yang moderat serta berisi petunjuk dan kasih sayang.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri 1443 Hijriah di Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat, Senin (2/5/2022). Islam Wasathiyyah Memerangi Ekstremisme
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri 1443 Hijriah di Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat, Senin (2/5/2022). Islam Wasathiyyah Memerangi Ekstremisme

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Grand Chairman of Darul Fatwa Australia Prof. Salim Alwan Al-Husayni menyeut pembahasan seputar wasathiyyah merupakan hal yang sangat penting di era saat ini. Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan seminar internasional yang digelar oleh Jakarta Islamic Centre (JIC).

Seminar internasional tersebut mengangkay topik 'Menolak Islamophobia Melalui Konsep Islam Al-Wasathiyyah'. Salim menyampaikan kebanyakan mayoritas umat Islam, termasuk di Indonesia, memiliki pemahaman ahlusunnah wal jamaah atau pemahaman pada pedoman pada sunnah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, baik secara aspek akidah, agama, amal-amal lahirian, ataupun akhlak hati.

Baca Juga

"Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul dalam rangka melengkapi kehidupan beragama umat manusia. Salah satu akidah yang diajarkan, termasuk di Indonesia, adalah Allah SWT tidak bertempat dan tidak terkait pada waktu. Itulah akidah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai akidah yang lurus," ujarnya.

Allah SWT merupakah sosok yang menciptakan segala sesuatu, termasuk yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya atas dasar ciptaan Allah baik yang baik dan buruk. Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar.

Akidah lain yang diajarkan atau dipegang oleh Muslim, termasuk di Indonesia, adalah  menghindari perbuatan-perbuatan yang radikal dan keras karena itu bukan bagian dari Islam.

"Kaidah keempat ahlusunnah wal jamaah adalah tidak mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar. Karena itu, agama Islam melarang orang mengkafirkan orang lain dengan begitu mudahnya. karena ketika seseorang mengkafirkan orang lain, tuduhan itu akan kembali pada dirinya sendiri," lanjut dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement