Sabtu 29 Oct 2022 13:57 WIB

PII Kritisi Mundurnya Demokrasi di China

PII menilai umat islam China, khususnya Uighur, tidak menentu nasib dan masa depannya

 Dalam foto ini dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, para pemimpin Partai Komunis China. Termasuk dari kiri Zhao Leji,, Wang Yang, Perdana Menteri Li Keqiang, Presiden Xi Jinping, Mantan Presiden Hu Jintao, Li Zhanshu dan Wang Huning menghadiri upacara pembukaan Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20 di Aula Besar Rakyat di Beijing, 16 Oktober 2022. China pada hari Minggu membuka konferensi partai dua kali satu dekade di mana pemimpin Xi Jinping diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga yang melanggar preseden baru-baru ini dan menjadikan dirinya sebagai orang China yang paling kuat. politikus sejak Mao Zedong
Foto: AP/Li Xueren/Xinhua
Dalam foto ini dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, para pemimpin Partai Komunis China. Termasuk dari kiri Zhao Leji,, Wang Yang, Perdana Menteri Li Keqiang, Presiden Xi Jinping, Mantan Presiden Hu Jintao, Li Zhanshu dan Wang Huning menghadiri upacara pembukaan Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20 di Aula Besar Rakyat di Beijing, 16 Oktober 2022. China pada hari Minggu membuka konferensi partai dua kali satu dekade di mana pemimpin Xi Jinping diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga yang melanggar preseden baru-baru ini dan menjadikan dirinya sebagai orang China yang paling kuat. politikus sejak Mao Zedong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) menyatakan keprihatinannya terhadap demokrasi di China yang berjalan mundur saat ini. Wakil Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia, Furqan Raka menyebut kembali terpilihnya Xi Jinping menandakan era kediktatoran bangkit di China.

“Jelas ini kemunduran demokrasi bagi negara dan rakyat termasuk warga negara China seperti etnis Uighur,” kata Furqan Raka lewat keterangan tertulis, Jum’at (28/10/2022).

Apalagi, lanjut Furqan Raka, usai Kongres Partai Komunis China, warga Tiongkok kembali menumpahkan kekecewaan terhadap Presiden Xi Jinping melalui coretan di bilik toilet. Mereka menyebut gerakan ini sebagai revolusi toilet, dimana warga mengatakan bahwa corat-coret toilet merupakan salah satu cara paling aman untuk menyuarakan protes karena pemerintah tak mungkin memasang pemantau di dalam bilik toilet.

Furqan pun mencontohkan aksi seorang mahasiswa senior di timur China, Raven Wu, mengamini anggapan tersebut. Ia pun ikut serta dalam revolusi toilet itu.Wu mencoret pintu toilet sekolah dengan berbagai slogan anti-pemerintah, seperti "Kebebasan, bukan lockdown", "Kehormatan, bukan kebohongan", "Reformasi, bukan regresi", hingga "Pemilu, bukan kediktatoran."

Di bawah slogan-slogan itu, Wu menggambar kepala Winnie the Pooh, tokoh kartun yang kerap disebut mirip dengan Xi. Di atas gambar itu, Wu menggambar garis coretan, tanda penolakan terhadap Xi."Saya merasa kebebasan yang sudah lama hilang ketika menggambar itu. Di negara dengan kebudayaan ekstrem dan sensor politik ini, tak ada ekspresi politik diperbolehkan," ujar Wu kepada CNN.

Terlepas dari insiden itu, ambisi Xi Jinping tak terbendung. Ia kembali terpilih sebagai Sekjen PKC sekaligus Presiden China dalam Kongres PKC yang ditutup pada Minggu (23/10). Laporan sekretaris jenderal kepada kongres partai, terlihat paling dominan dalam menentukan apa yang akan diprioritaskan oleh kepemimpinan China di tahun-tahun mendatang.

Selama akhir pekan, Presiden Xi Jinping menyampaikan pidato di depan kongres. Dalam lebih dari 104 menit, Xi merangkum “prestasi besar” dari dekade pertamanya sebagai pemimpin tertinggi Tiongkok dan menciptakan frasa “modernisasi gaya Tiongkok.”  

Dia memaparkan visinya untuk China selama lima tahun ke depan dan seterusnya, menandakan bagaimana negara itu akan terlibat dengan dunia. Lima tahun lalu, laporan Xi kepada kongres partai sebelumnya mengindikasikan China akan menjadi pembentuk tatanan internasional yang lebih tegas.

Menurut Furqan, banyak narasi kebijakan luar negeri dalam laporan tahun ini yang serupa atau identik dengan yang ada dalam laporannya tahun 2017.   “Ini Xi Jinping hanya copy paste pidatonya di 2017 lalu. Yang disampaikannya itu-itu saja seperti minim ide-ide besar dan gagasan-gagasan visioner,” ucap Furqan Raka.

Ini termasuk frase kunci seperti menjunjung tinggi perdamaian dunia, mempromosikan pembangunan bersama dan bekerja untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. “Omongan Xi Jinping dalam konteks membangun masa depan bersama umat manusia, hanya lips service belaka mengingat umat islam di China khususnya Uighur, jelas tidak menentu nasib dan masa depannya,” tutur Furqan Raka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement