Etos Kerja (2)
Red: Yusuf Assidiq
Erik Hadi Saputra | Foto: dokpri
Oleh : Erik Hadi Saputra
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pembaca yang kreatif, Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Islam Indonesia, Ibu Ike Agustina, psikolog, menyampaikan kepada seluruh tenaga satuan pengamanan yang mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi etos kerja dan pelayanan prima, bahwa kita mensyukuri gaji halal yang diterima. Namun halal saja tentu tidak cukup.
Kita perlu meningkatkannya dalam bentuk keberkahan. Banyak orang alim mengajarkan kepada kita bahwa untuk menghadirkan keberkahan tambahlah aktivitas pekerjaan kita itu dengan memperbanyak kebaikan, kepedulian serta kecintaan yang tulus kepada pekerjaan itu.
Atas dasar itulah mengapa dalam etos kerja dikatakan bahwa bekerja adalah nafkah. Tidak sekadar mendapatkan gajinya saja namun berharap ada keberkahan dan kebaikan yang mengalir dari gaji yang diterima itu.
Pembaca yang kreatif, bekerja itu adalah semangat dan keringat. Akan selalu benar apabila kita bersemangat memulai kerja di pagi hari dan bersemangat juga menyelesaikannya di sore atau malam hari. Pikiran semangat akan memberi dampak positif bagi orang di sekitar kita.
Orang merasa ingin juga seperti Anda yang selalu memberi respons cepat dan mudah dalam membantu ketika butuh support atas agenda mereka. Maka tak jarang, seseorang yang terbiasa berperan aktif dalam kepanitiaan selalu saja menjadi panitia walaupun ketuanya silih berganti.
Orang yang tidak pernah atau jarang menjadi panitia juga akan mengalami hal yang sama. Tahun berikutnya juga tidak menjadi panitia. Bukan bermaksud mengecilkan arti bahwa orang yang tidak pernah berperan aktif dalam kepanitiaan adalah jelek. Namun lebih melihat sisi bahwa Anda banyak disukai orang lain.
Semangat Anda membuat orang ingin selalu mengajak Anda menyelesaikan pekerjaan bersama-sama. Walaupun ada juga orang yang sudah menjadi panitia tidak berperan aktif bahkan cenderung menghilang ketika acara di hari H. Mungkin juga sikap kerja yang seperti itu membekas dan menjadi catatan bagi orang lain.
Ketika di Sibolga, kami cenderung bersemangat dan berkeringat ketika makan siang. Kotamadya yang dekat pegunungan dan pantai itu cenderung cerah dan udara terasa panas. Kadang kami saling melontarkan jok satu dengan yang lain.
Biasanya orang berkeringat kalau bekerja, ini justru makannya yang berkeringat, hehe. Kalau Anda di Jakarta, mungkin Anda akan merasakan juga, bahwa ruangan kerja ber AC tentu akan membuat suasana sejuk terus. Dan banyak yang ketika makan siang lebih cenderung melilih kantin yang berada di belakang gedung, atau di area basement.
Tentu itu juga lebih panas dari ruangan kerja, dan pastilah Anda akan berkeringat, hehe. Akhirnya saya sampai pada pemikiran bahwa aktivitas semangat itu membuat Anda antusias dengan semua pekerjaan yang Anda lakukan serta keringat itu adalah hasil dari totalitas yang tidak kenal batas.
Pembaca yang kreatif, kerja adalah membangun dan menguatkan institusi Anda. Bisa saja Anda merasa bahwa institusi anda saat ini biasa-biasa saja. Maka pola bekerjanya juga standar-standar saja. Jika pribadi anda di level standar, perusahaan Anda berada pada level standar, maka tentulah hasil yang diperoleh standar juga.
Jika Anda memiliki keinginan untuk menguatkan institusi Anda menjadi lebih besar dan kuat, maka SDM yang ada di lingkungan itu harus kuat juga. Lingkungan kepedulian itu diawali dari Anda yang ingin memberikan contoh pada orang lain.
Adanya Anda di perusahaan/institusi sudah seharusnya memperkuat tim, serta memberikan hasil kerja yang maksimal. Mengapa Anda harus terus berupaya membangun dan menguatkan institusi? Alasannya dikarenakan diri Anda adalah cerminan dari institusi. Mitra Anda telah melihat bahwa Anda adalah institusi dan institusi itu adalah Anda. Sehat dan teruslah terinspirasi.
*) Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.