Kamis 03 Nov 2022 20:58 WIB

Sukabumi Mutakhirkan Data Penduduk yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana

Data yang diperoleh dapat digunakan untuk pencegahan dan penanganan bencana.

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
Petugas BPBD Kota Sukabumi tengah mengedukasi anak terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana di sekolah pada September 2022 lalu dan memetakan daerah rawan bencana (Ilustrasi).
Foto: istimewa
Petugas BPBD Kota Sukabumi tengah mengedukasi anak terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana di sekolah pada September 2022 lalu dan memetakan daerah rawan bencana (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Beragam cara dilakukan untuk mengantisipasi dampak bencana. Salah satunya di Kota Sukabumi dengan mengintensifkan pemutakhiran data penduduk bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

'' BPBD Kota Sukabumi, selaku pengampu pengelolaan bencana telah melakukan penanggulangan bencana mulai dari prabencana, saat dan pasca bencana,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami, Kamis (3/11/2022). Salah satunya dengan pemutakhiran data warga yang tinggal di daerah rawan bencana.

Baca Juga

Hal ini prioritas dalam rangka Zona Tangguh Bencana baik kota, kecamatan, dan kelurahan. Zulkarnain menuturkan, pihaknya juga menggencarkan assessment Indeks Kapasitas Daerah dan pendampingan Kelurahan Tangguh Bencana.

Menurut Zulkarnain, data yang diperoleh dapat digunakan untuk pencegahan dan penanganan bencana. Harapannya ketika bencana terjadi sudah bisa diantisipasi oleh warga dan aparat terkait baik wilayah maupun lainnya.

Di sisi lain lanjut Zulkarnain, BPBD juga memaksimalkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Bencana kepada masyarakat dari elemen aparat, mahasiswa, KSR, pelajar, ambalan pramuka serta Partai politik. Dalam bentuk sosialisasi dan penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan advokasi dengan tercapai sasaran kurang lebih 1.950 orang peserta.

Zulkarnain menuturkan, penyebarluasan informasi potensi bencana dan peringatan dini kepada aparat, dan masyarakat. Selain itu dengan mengsiagakan personil Satgas dan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana untuk antisipasi laporan aduan yang masuk.

'' Kami juga menggencarkan pelatihan dasar penanggulangan bencana bagi warga yang tinggal di kawasan Kelurahan Tangguh Bencana,'' imbuh Zulkarnain. Di samping itu fasilitasi pengiriman untuk kegiatan penguatan kapasitas penanggulangan benana dengan pemerintah dan swasta seperti diklat vertical rescue di tempat ketinggian serta bimtek teknologi informasi bencana dan lokakarya kesiapan dan ketahanan bisnis, serta first medical responder.

Sebelumnya, sebanyak 166 kali kejadian bencana melanda Kota Sukabumi dalam rentang waktu Januari hingga Oktober 2022. Akibatnya ditaksir nilai kerugian mencapai Rp 10.915.495.000.

Data tersebut didasarkan dari Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) yang dihimpun BPBD Kota Sukabumi, selama Januari hingga 31 Oktober 2022. '' Secara aggregate tercatat 166 kali kejadian, tersebar di tujuh kecamatan,'' ujar Zulkarnain.

Ratusan bencana ini menyebabkan kerugian yang ditaksir mencapai Rp 10.915.495.000. Dengan luas area terdampak 67,14 Hektare dan 945 Kepala keluarga (KK) terdampak.

Di antaranya 25 orang mengungsi dan korban meninggal dua orang, dan luka ringan tujuh orang. Sementata kerusakan materiil yakni 821 unit bangunan rusak dengaj rincian 56 unit rusak berat, 192 unit rusak sedang dan 573 unit rusak ringan.

Zulkarnain menuturkan, bulan Februari 2022 merupakan frekuensi tertinggi bencana yang dilaporkan masyarakat yakni tercatat 35 kasus. Disusul berikutnya Oktober 2022 sebanyak 30 kasus dan terendah bulan April 2022 sebanyak 4 kasus.

Menurut Zulkarnain, tanah longsor dan cuaca ekstrem paling mendominasi masing-masing 55 kali dan 41 kali kejadian. Sedangkan kasus terendah bencana angin puting beliung dua kali kejadian. '' Aggregate nilai kerugian terbesar berasal dari jenis banjir Rp 5.266.220.000 dengan prakiraan 55.250 Hektare terdampak,'' ungkap Zulkarnain.

Berikutnya taksiran kerugian tanah longsor Rp 3.354.525.000 dan prakiraan luas area terdampak 6,537 hektare. Sementara wilayah tertinggi bencana ada di Kecamatan Cikole 31 kali kejadian yang berasal dari Kelurahan Subangjaya 15 kasus. Kejadian terendah di Kecamatan Gunung Puyuh 17 kali bencana dan yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Sriwidari 9 kasus dan Kecamatan Citamiang 17 kali yang kejadian tertinggi berasal dari Kelurahan Nanggeleng 5 kasus.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement