REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN melalui Holding Perkebunan Nusantara terus melakukan transformasi di seluruh lini bisnis PTPN Group. Salah satunya melalui pembentukan subholding sektor gula, yakni PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co yang diresmikan pada Oktober lalu. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginstruksikan kepada para Menteri Kabinet Indonesia Maju untuk mendorong ketahanan pangan dan energi.
PT Sinergi Gula Nusantara kini mengelola 36 pabrik gula yang selama ini berada di bawah 7 perusahaan PTPN dan 2 cucu perusahaan yang tidak hanya berfokus untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani tebu, menjaga stabilitas harga gula petani, serta menjadi produsen Bioetanol yang merupakan produk turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak.
Dalam sambutannya saat kunjungan kerja ke PT Energi Agro Nusantara (Enero), anak usaha PT Perkebunan Nusantara X, di Mojokerto, Jumat (4/11), Jokowi mengungkapkan Indonesia saat ini masih mengimpor gula konsumsi sebesar 1.088.000 ton per tahun. Belum lagi dengan impor gula untuk industri yang mencapai angka 3.569.000 ton per tahun.
“Padahal kita tahu di tahun 1.800-an Indonesia ini adalah raja gula, ekspor kita ke mana-mana ke semua negara, saat itu. Pertanyaannya, kenapa dari yang dulu mengekspor ‘kok sekarang impor? Pasti ada sesuatu yang salah yang harus diluruskan,” ujar Jokowi.
Untuk itu, Jokowi memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir menyiapkan bibit-bibit dengan varietas yang paling baik serta bekerja sama dengan Brasil selaku negara yang memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen tebu dan gula.
“Kita harapkan dengan cara penanaman yang baik dan modern ini dalam 5 tahun kedepan, kita bisa mandiri dan ketahanan pangan kita utamanya gula bisa kita lakukan sendiri tanpa harus mengimpor, tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka 5 tahun kedepan, target kita seperti itu,” tambahnya.
Jokowi menyatakan penggunaan bibit yang baik dan mesin modern yang memberikan rendemen yang baik, akan menguntungkan petani. Namun, hal ini tentu membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan niat yang kuat untuk mengubahnya.
“Ini yang akan kita lakukan sehingga nantinya selain gulanya terpenuhi, ada sisi lain yaitu karena gula juga menghasilkan molasse, ini yang akan dipakai untuk membangun industri Bioetanol yang juga akan memperkuat ketahanan energi kita. Separuh energi, BBM yang kita gunakan 50 persenmnya itu impor semua, tidak boleh terus terusan begini. Kalau tebu ini berhasil, sawit bisa ditingkatkan lagi, itu akan memperkuat ketahanan energi negara kita," kata Jokowi.
Bioetanol berbasis tebu merupakan hilirisasi dari tanaman tebu yang dapat digunakan sebagai subsitusi bahan baku bensin, yang tentunya ramah lingkungan. Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu ini membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak berbasis fosil.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan transformasi yang selama ini dilakukan PTPN III di klaster BUMN Perkebunan terus menunjukkan perkembangan yang baik. Pahala mengatakan kondisi keuangan PTPN III terus menunjukkan adanya perkembangan yang baik.
Hal ini terlihat dari total jumlah penjualan yang sudah dibukukan sampai September 2022 mencapai kurang lebih sekitar Rp 39 triliun serta menunjukkan adanya profit sebesar Rp 4,5 triliun, yang artinya meningkat sebesar 54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Selain peningkatan kinerja keuangan, kami juga melihat adanya peningkatan produktivitas dan juga produksi. yang mana pada tahun ini kita melihat produksi gula PTPN III sudah bisa mencapai 872 ribu ton atau meningkat dibandingkan yang dicapai tahun lalu yang sebesar 768 ribu ton," ujar Pahala.