REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa tahun terakhir thrifting menjadi tren di sejumlah kota. Thrifting menjadi peluang bisnis yang menjanjikan sekaligus menguntungkan sehingga banyak diminati para pelaku bisnis.
Thrifting adalah aktivitas membeli atau mencari barang-barang bekas dengan tujuan untuk dipakai kembali. Di Jakarta, awalnya thrifting diperkenalkan para pedagang kaki lima di Pasar Senen. Di sana mereka menjual barang-barang bermerek alias branded dengan harga murah dibanding asal tokonya. Kualitasnya memang tidak 100 persen baik, tetapi paling tidak masih layak pakai.
Barang-barang hasil triffting biasanya seperti baju, celana, topi, hingga jaket lintas era dan generasi. Jika beruntung, penjual dan pembeli akan mendapatkan barang branded yang unik bahkan langka.
Ramandhani (38 tahun), pedagang pakaian thrifft yang Republika.co.id temui di Depok mengaku sudah dua tahun menjalani usaha tersebut. Melihat peluang banyak sekali peminat pakaian thrifting, ia pun menekuni usaha tersebut sebagai pekerjaan.
"Pas banget itu pas lagi pandemi kan pekerjaan berantakan saya coba buka usaha kecil-kecilan dengan modal jaminan saat pekerja," kata Ramandhani saat berbincang dengan Republika.co.id di lapak jualannya.
Ia merawikan, awalnya membeli barang dalam jumlah banyak atau istilahnya ballan. Namun saat itu ia tertipu. Selain pengiriman yang lama, barang yang didapatkan pun tidak sesuai ekspetasi. "Sempat shock, karena modalnya juga hasil jerit payah kan. Tapi saya punya tekad untuk bangkit lagi," kisah dia.
Belajar dari pengalaman, ia pun langsung thrifting langsung ke lokasi. Saat itu ia mengaku mendapatkan untung yang berlipat hingga bisa mengembalikan modal yang dulu sempat kena tipu. Seiring waktu, ia pun mendirikan toko thrifting sendiri.
Toko miliknya sudah tiga bulan berjalan. Omzetnya tidak menentu, tetapi ia mengakui pernah mendapatka Rp 2 juta dalam satu hari. Ramandhani pun mengaku sudah memiliki sejumlah pelanggan setia.
Pelaku usaha thrifting lainnya Rudiansyah (21) menceritakan jatuh bangunnya membangun usaha. Mahasiswa salah satu kampus di Jakarta itu sudah sejak SMA menekuni usaha triffting. Awalnya ia mencari pakaian thrifting dari toko ke toko, hingga bisnisnya kini berkembang pesat setelah berjualan lewat media sosial.
Rudiansyah mengaku menawarkan barang-barangnya lewat siarang langsung di medsos. Barangnya pun dijual secara lelang, terutama barang yang langka.
"Memilih baju thrifft yang bagus itu tidak tergantung pada harga yang mahal tapi dengan cara kita melihat barangnya yang dapat menarik daya tarik kita dan kita harus memilih bahan baju thirfft yang nyaman dipakainyaa jangan yang panas ketika dipakainya," kata Rudiansyah menjelaskan.
Menurut Rudiansyah peluang triffting ini sangat menjanjikan jika sudah paham dengan barang yang dibeli dan pemasarannya. Ia pun mengaku selalu mengutamakan kebersihan terhadap barang yang telah dibeli.
"Jika ada noda kecil atau besar saya bersihkan terlebih dahulu dengan sabun batang dan saya kucek saja. Lalu saya rendam dengan air hangat dengan waktu 30 menit untuk mematikan kuman," kata Rudiansyah.