REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pengertian syariat Islam, mandi besar atau mandi junub bertujuan menghilangkan hadats besar karena bersetubuh atau keluar mani. Jika belum melakukan mandi junub, maka sholat yang dilaksanakan umat Islam tidaklah sah.
Namun, ada pertanyaan yang kerap muncul di tengah masyarakat, apakah setelah mandi junub masih perlu melakukan wudhu? Pertanyaan ini pernah dijawab oleh Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon edisi 12 pada 2009.
Menurut dia, seseorang yang ingin mengerjakan sholat setelah melaksanakan mandi junub secara syar’i, maka tidak wajib berwudhu lagi. Alasannya, apabila seseorang bersuci dari hadats besar, maka otomatis dia juga bersuci dari hadats kecil yang mengenainya.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَغْتَسِلُ وَيُصَلِّي الرَّكْعَتَيْنِ وَصَلاَةَ الْغَدَاةِ وَلاَ أَرَاهُ يُحْدِثُ وُضُوْءًا بَعْدَ الْغُسْلِ
Dari Aisyah, dia berkata, “Rasulullah SAW mandi, lalu sholat dua rakaat, dan saya tidak melihat beliau berwudhu lagi setelah mandi.” (Hr. Abu Daud: 259, Ahmad 6/119 dengan sanad shahih)
Hal ini berlaku bagi yang sudah berwudhu saat mandi janabat, maupun belum berwudhu saat mandinya. (Lihat: Shahih Fiqhus Sunnah, Syekh Abu Malik: 1/181)
Dalam riwayat lain, Nabi SAW juga bersabda kepada Ummu Salamah saat ia bertanya kepadanya tentang tata cara menyucikan diri dari junub,
“Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah seluruh tubuhmu dengan air, maka kamu telah suci.” (HR. Muslim No 330)
Sementara, dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar Ra disebutkan,
سُئِلَ عَنِ الْوُضُوءِ بَعْدَ الْغُسْلِ؟ فَقَالَ:وَأَيُّ وُضُوءٍ أَعَمُّ مِنَ الْغُسْلِ؟
Nabi ditanya mengenai wudhu setelah mandi. Lalu, beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Hadis riwayat Ibnu Umar tersebut menjelaskan kedudukan mandi junub lebih dari pada wudhu. Artinya, ketika seorang telah melakukan mandi junub, itu sekaligus telah mencakup wudhu.