REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ada hikmah dibalik kegelapan atau perbuatan maksiat. Hikmahnya adalah seseorang akan merindukan nikmatnya hidup di bawah cahaya Ilahi, ketika hatinya ternodai oleh perbuatan maksiat. Sehingga ia bisa benar-benar mensyukuri nikmatnya hidup di bawah cahaya Ilahi.
"Bisa jadi kegelapan yang menghampiri kamu bertujuan mengenalkan besarnya karunia Allah SWT yang diberikan-Nya kepada kamu." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah mengenai hikmah kegelapan atau maksiat.
Kamu adalah manusia biasa, yang tidak selalu berada di jalan ketaatan. Terkadang tanpa sadar, kamu terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Bisa jadi maksiat yang kamu lakukan itu dalam bentuk kata-kata, perbuatan, dan lain sebagainya.
Kemaksiatan itu ibarat debu atau kotoran yang menutupi lampu. Jika dibiarkan maka cahayanya akan redup, kemudian tidak tampak, lalu hilang dan tidak bisa diperbaiki lagi.
Lampu itu ibarat hati yang mengandung cahaya yang memancar di wajah. Sedangkan debu adalah dosa dan kemaksiatan yang kamu lakukan sehari-hari, bahkan dalam setiap detik kehidupan kamu.
Ketika kamu bermaksiat maka kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda. Biasanya, rasa ini terjadi saat pertama kali atau baru beberapa kali melakukan kemaksiatan. Tapi jika kamu sering melakukan kemaksiatan maka hati kamu akan terbiasa dan tidak akan membekas sama sekali.
Ketika kamu merasa ada sesuatu yang hilang dari hati kamu, namun kamu tidak mengetahuinya sama sekali. Pada waktu itu, kamu akan merindukan nikmatnya hidup di bawah cahaya Ilahi. Sebagaimana halnya kesehatan, kenikmatannya baru akan terasa ketika kamu ditimpa sakit. Begitu juga halnya dengan harta, kamu baru akan merasakan kenikmatannya ketika kamu jatuh miskin. Itulah hikmah di balik perbuatan maksiat.